Sudah sejak pagi Cira sibuk di sebuah ruangan, di salah satu bagian dari kantor Mahadana Corporate untuk menyiapkan properti demi pengerjaan iklan seperti yang diminta Yudhistira Mahadana selaku pimpinan perusahaan multinasional itu.
Di dalam ruangan yang sama, Livia sang brand ambassador tengah dirias oleh MUA. Sesekali dia melirik ke arah Citra yang tengah mengawasi beberapa orang yang sedang memasang properti pemotretan dan syuting iklan hari ini.
"Itu modelnya udah selesai belum make-upnya?!" teriak Citra.
"Udah, mbak!" sahut make-up artis yang menangani Livia.
"Pake teriak-teriak segala. Dikira ini hutan kali!" gumam Livia sembari mendengus kesal.
Selesai dirias, Livia beranjak menghampiri Citra yang kini berdiri di samping kamera yang akan merekam gambar Livia nanti.
"Gue udah siap!" ujar Livia.
Citra mengamati sejenak penampilan Livia dengan kening berkerut, "Lo mau syuting iklan apa mau ke club malem, sih?"
"Kenapa emangnya?" Livia mengamati penampilannya. "Ada yang salah?"
"Ini tuh iklan baju rumahan, bukan gaun pesta. Ngapain dandan menor begitu?" sarkas Citra.
"Gue ini model, ya, gue harus tampil perfect, dong!" ujar Livia sembari mengibaskan rambut panjangnya yang terurai.
Citra menaikkan sebelah alisnya, "Terus. lo tidur juga bakal pake make-up setebel ini gara-gara profesi lo yang seorang model gitu?"
"Tipisin make-upnya! Nggak cocok di iklan gue!" titah Citra kemudian, sebelum Livia mendebat perkataannya.
"Lo siapa maen suruh-suruh gue?! Boss gue tuh pak Yudhis, bukan lo!" Livia tidak terima.
"Lo denger, ya! Ini area gue yang atur, jadi kalo lo masih mau gue pake di iklan gue, lo harus nurut aturan main gue. Ngerti?" tegas Citra.
Livia berdecak kesal, 'Bener-bener nih orang nyebelin banget!'
"Make-up artis! Benerin ini make-up modelnya! Bikin senatural mungkin!" teriak Citra, hingga membuat orang yang merasa profesinya di singgung langsung tergopoh-gopoh datang menghampiri sang model-- Livia.
Citra beranjak meninggalkan Livia yang merengut sebal akibat kelakuan sepupunya itu. Matanya menatap kesal gadis yang kini sedang memberi arahan pada penata lampu. Baru Livia akan berbalik, netranya menangkap satu hal yang langsung menimbulkan niat jahilnya untuk mengerjai Citra.
'Rasain lo, Cit!'
Kaki Livia menginjak kemudian menarik sebuah kabel yang ternyata melintas tepat di samping kaki Citra, bersamaan dengan Citra yang akan melangkah pergi dari posisinya. Seketika kaki Citra terjerat kabel itu hingga mengakibatkan tubuh gadis itu terhuyung ke depan dan...
BRRRUUUGGHHHH...
Semua yang ada di ruangan itu seketika terdiam menatap pemandangan di depan mereka dengan tatapan tertegun, tak terkecuali Livia.
Tidak seperti yang Livia harapkan, tubuh Citra tidak sampai terjatuh. Seseorang berhasil menyelamatkan gadis itu dari kerasnya lantai ruang pengerjaan iklan--Yudhistira Mahadana.
"Kamu nggak papa?"
Citra dengan cepat melepaskan dirinya dari dekapan Yudhis. Beruntung pria yang baru memasuki ruangan penggarapan iklan itu melihat Citra akan terjatuh dan segera berlari menangkap tubuh pimpinan Ganesha Advertising itu.
"S-saya nggak papa. Makasih, bapak udah nolongin saya," ucap Citra.
"Sama-sama. Lain kali, kerjanya lebih hati-hati lagi!" balas Yudhis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...