Bagian 10

632 51 0
                                    

Citra Pov

"Saya terima nikah dan kawinnya Citra Maharani Perwira binti Arnesh Perwira untuk saya sendiri, dengan mas kawin berupa satu set perhiasan emas seberat 90 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

SAH!!

Hari ini, tepat pukul 10.30 saat seruan kata 'sah' menggema di seluruh penjuru ruang tamu rumah ini, saat itu pula gue nggak lagi menyandang status single atau yang sering Ranis sebut dengan istilah jomblo. Beberapa menit yang lalu, semua tanggung jawab papa dan mama atas gue kini telah berpindah ke pundak orang yang kini menjadi suami gue.

Yudhistira Mahadana, pria yang baru gue kenal belum ada satu bulan ini, benar-benar menikahi gue hari ini. Sejujurnya hati gue masih bertanya-tanya, kenapa dia bisa memutuskan buat memperistri gue dalam waktu yang sesingkat ini? Hanya dalam satu minggu saja setelah lamaran dan ini terkesan terburu-buru. Tapi gue selalu berpikir positif, mungkin memang dia ingin semuanya segera berjalan dan kita bisa melanjutkan hidup dengan suasana yang baru.

Sejatinya gue bisa menolak ini semua. Harusnya gue minta waktu untuk kenal lebih dekat dengan Yudhis dan keluarganya. Harusnya gue cari tahu kenapa Yudhis ingin cepat-cepat menikah sama gue. Tapi pikiran gue selalu menuju pada satu alasan yang membuat gue mau tidak mau harus menerima lamaran Yudhis dan menikah dengannya sesuai waktu yang telah pria itu tentukan.

Atensi gue beralih pada dua orang yang duduk di belakang papa gue. Kak Cakra dan kak Kirana, mereka satu-satunya alasan gue melakukan ini semua. Karena hanya dengan menikah sama Yudhis, rumah tangga kak Cakra dan kak Kirana akan lebih tenang. Gue nggak mau kak Cakra lebih mikirin gue ketimbang istrinya sendiri.

Kak Cakra menatap gue sendu. Gue tau dia sedih melepas gue menikah sama laki-laki pilihan gue. Beberapa kali kak Cakra minta ketemu buat ngobrol sama gue, tapi selalu gue tolak. Gue tau kak Cakra akan mendesak gue untuk bilang tentang semua isi hati gue. Tapi gue nggak bisa mengatakan yang sebenernya.

Kak Cakra terlalu hapal gue. Dia pasti tau ada yang janggal dengan pernikahan gue yang sangat kilat ini. Tapi kak Cakra nggak boleh tau kalo gue nikah hanya untuk keutuhan rumah tangganya.

'Cukup kak, cukup sampe di sini aja tugas kak Cakra ngejagain Citra. Setelah ini, udah ada Yudhis yang bakal ngejagain Citra. Mulai sekarang kak Cakra bisa lebih fokus sama kak Kirana!'

****

Yudhis Pov

Akhirnya hari ini gue bener-bener menikah sama Citra Maharani, wanita yang udah bikin gue sama mami kehilangan papi.

Sebenernya gue nggak harus ngelakuin ini semua. Tapi melihat mami begitu bahagia saat gue menyetujui akan melamar Citra, sisi lain hati gue tak bisa menolak.

Dan hari ini, saat Citra resmi menjadi menantunya, gue bisa melihat binar bahagia di mata mami bersinar kembali setelah bertahun-tahun binar itu sirna. Membuat sebagian hati gue meyakini kalau keputusan gue buat menikah sama Citra adalah sesuatu hal yang benar.

Gue nggak tau harus bahagia atau sedih. Bahagia karena bisa mengabulkan permintaan mami untuk menikahi Citra, atau sedih karena gue harus menerima kenyataan kalau Citra, wanita yang gue nikahi, adalah orang yang udah menyebabkan papi meninggal.

Gue nggak pernah ngebayangin apa yang bakal terjadi kalo mami tau siapa Citra sebenernya. Apa mami tetep bakal menerima dia sebagai menantunya, atau malah bakal membenci gadis itu, sebenci-bencinya?

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang