Dengan tergesa Citra masuk taksi online pesanannya yang sudah menunggunya di lobi kantor Mahadana Corporate. Wanita berusia 27 tahun itu meminta sopir taksi online untuk segera menjalankan mobilnya. Sang sopir pun langsung melajukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata.
Setelah mobil keluar dari area perkantoran milik suaminya, Citra menghela nafas panjang. Pikirannya kembali terbayang pemandangan yang baru beberapa menit lalu didapatinya di dalam ruangan Yudhistira Mahadana. Livia, gadis itu tengah mengusap punggung Yudhis yang tersedak makanan. Kalau boleh jujur, terbersit gemuruh tak suka berkibar di dalam dada Citra atas perlakuan Livia terhadap Yudhis. Tapi sekali lagi, Citra harus selalu ingat bahwa Yudhis menikah bukan karena menyukainya, melainkan karena permintaan Indy.
'Inget Citra, lo nggak boleh berharap lebih sama pernikahan ini. Pak Yudhis nggak pernah suka sama lo, apalagi cinta. Dia nikah sama lo cuma demi maminya aja!' batin Citra memperingati dirinya sendiri.
Citra mengusap wajahnya beberapa kali. Berusaha mengenyahkan segala perasaan tak enak yang mempengaruhi ekspresi mukanya. Setelah ini dia harus meeting dengan klien, tidak baik jika dia terlihat kusut seperti ini. Tiba-tiba....
CIIIIIIIIIITTTTTTT......
Mobil taksi online yang ditumpanginya berhenti mendadak, membuat Citra hampir tersungkur ke depan.
"Duuh, ngeremnya jangan dadakan, dong, Pak! Kalo saya kejedot gimana?!" omel Citra.
"M-maaf, Mbak!" ucap si sopir. "Itu, ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan kita. Kayanya dia sengaja mau menghadang kita, Mbak!"
"Hah?!" Mata Citra seketika membulat. "Jangan-jangan itu rampok, Pak!"
"Masa rampok pake mobil mewah sih, Mbak?" si sopir sangsi.
"Ya, kali aja itu mobil juga hasil rampokan!"
"Mobilnya kinclong bener itu. Lihat deh, Mbak!"
Citra langsung mengalihkan perhatiannya pada mobil yang ditunjukkan sopir taksi online. Citra langsung diam mematung ketika mendapati seseorang turun dari mobil yang menghadang taksi online yang ditumpanginya.
"Mas Yudhis!" gumam Citra.
"Mbaknya kenal sama rampoknya?" tanya sopir taksi. "Rampok jaman sekarang keren-keren, ya? Pake jas segala lagi!"
"Itu suami saya, Pak!" sahut Citra.
"Ooh, jadi suami mbaknya seorang rampok?"
Citra berdecak kesal, "Mana ada rampok gayanya keren kaya begitu!"
"Kan, tadi mbaknya sendiri yang bilang kalo itu rampok!"
"Saya bilang, jangan-jangan, pak! Jangan-jangan artinya mungkin aja, belom tentu pasti!" jabar Citra.
"Oooh!" si sopir hanya menganggukkan kepala beberapa kali tanda mengerti.
Yudhis beranjak mendekati taksi itu kemudian mengetuk kaca penumpang, tempat Citra kini duduk. Atensi Citra kembali memperhatikan pergerakan Yudhis.
"Citra, buka pintu mobilnya!" seru Yudhis dari luar taksi.
Citra langsung membuka pintu mobil taksi itu kemudian turun untuk menemui Yudhis.
"Kenapa harus ngehadang taksi aku segala, sih, Mas? Kalo sampe tabrakan gimana?" Citra bersungut.
"Kamu ikut mobil saya!" titah Yudhis singkat tanpa menghiraukan omongan Citra.
Kening Citra berkerut, "Kenapa? Ada yang mau dibicarain sama aku? Kenapa nggak lewat telepon aja, sih? Aku mau meeting sama klien, nih!"
"Citra, ikut saya sekarang!" paksa Yudhis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...