Hari sudah berganti petang ketika Yudhis dan Citra kembali ke kamar hotel tempat mereka menginap. Citra kini sudah benar-benar terlihat lebih bugar, berbeda dari beberapa jam yang lalu ketika gadis itu baru tersadar dari pingsannya.
"Saya udah delivery makanan, kita makan malem di kamar aja," putus Yudhis sembari menutup pintu kamar hotel lalu beranjak menghampiri Citra yang berdiri tak jauh darinya.
"Kenapa kita nggak ke resto hotel aja, sih, Pak? Ribet banget mesti delivery segala!" protes Citra.
"Kamu baru pulang dari klinik, kalo kamu lupa! Kalo harus jalan sampe ke resto terus kamu pingsan lagi, saya nanti yang repot!"
"Perhatian banget, sih! Jadi enak, diperhatiin suami kaya begini!" Citra senyum-senyum tak jelas.
"Nggak usah sok imut gitu, deh!" hardik Yudhis.
"Saya emang imut, bukan sok imut. Udah bawaan sedari lahir, kalo pak Arnehs mau tau!"
"Sayangnya saya nggak mau tau! Nggak penting!" tukas Arnesh. "Sana istirahat! Kalo makanannya udah datang, nanti saya panggil."
Citra mendengus, "Nggak bisa diajak bercanda banget, sih!"
"Istirahat, Citra!"
"Iya, iya!"
Baru Citra akan beranjak, Yudhis menahannya, "Eh, tunggu!"
"Kenapa lagi?" Citra meroling bola matanya.
"Tadi sebelum saya nyari kamu, papa kamu telepon nanyain kamu. Kamu disuruh telepon balik tadi," ujar Yudhis.
"Tadi katanya nggak mau nyariin, nyatanya dicariin juga!" Citra mencibir.
"Kan barusan saya bilang, tadi papa kamu telepon nanyain kamu, makanya saya nyari kamu. Katanya mama kamu kepikiran sama kamu. Kalo papa nggak telepon, mana ada saya nyari kamu!" papar Yudhis.
"Ooh, karena papa. Kirain panggilan hati!"
"Bisa nggak sih, kamu.... "
Ting tong...
Suara bel kamar berbunyi, menginterupsi perdebatan sepasang suami istri itu.
"Ada tamu?" tanya Citra.
"Mungkin yang nganter makanan!" terka Yudhis. "Saya bukain dulu!"
Yudhis segera beranjak menuju pintu lagi kemudian membukanya. Kening Yudhis berkerut mendapati orang yang menekan bel kamar ternyata bukan pengantar makanan pesanannya.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap yang mungkin usianya tak terpaut jauh dari Yudhis berdiri di depan pintu kamar.
"Selamat malam!" sapa orang itu.
"Siapa?" tanya Yudhis.
"Citra ada?"
Yudhis mengamati orang yang berhadapan dengannya itu dengan tatapan menyelidik, "Ada kepentingan apa?"
"Saya..."
"Candra!"
Citra yang penasaran karena mendengar suara yang begitu familiar di telinganya, memutuskan untuk menyusul Yudhis demi melihat siapa yang datang.
Wajah Citra nampak terkejut melihat orang yang berada di depan Yudhis, pemuda yang begitu dikenalnya.
Dua orang lelaki yang tak saling mengenal itu mengalihkan perhatian mereka pada Citra.
"Kamu ngapain ikutan keluar? Kan, saya suruh kamu istirahat!" omel Yudhis.
Citra melirik orang yang dipanggilnya Candra itu, "Saya...."
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...