Bagian 16

530 46 2
                                    

Usai makan malam, Yudhis tak langsung pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Dia lebih memilih duduk berdiam diri di ruang kerja, di salah satu bagian rumah mewahnya itu. Pikirannya kembali bergulat dengan perasaannya yang tak karuan. Apalagi jika bukan tentang Citra Maharani, wanita yang menjadi penyebab meninggalnya papi Yudhis, tapi malah dinikahinya demi kebahagiaan Indy, sang mami.

Entah sudah keberapa kali helaan nafas pria tampan itu terdengar, tak terhitung juga usapan telapak tangannya mengenai wajah rupawan milik CEO perusahaan multinasional itu. Tapi semua itu tak kunjung juga menghilangkan kegalauan di hati Yudhis.

'Apa yang harus gue lakuin?' batin Yudhis. 'Pernikahan ini udah terlanjur terjadi. Lebih lagi, gue nggak mau ngerusak kebahagiaan mami. Tapi Citra itu...'

Yudhis menghembuskan nafas kuat-kuat, 'Yudhis mesti gimana, Pi? Satu sisi, Yudhis begitu senang melihat mami bisa tersenyum lagi. Tapi di sisi lain, Yudhis juga merasa bersalah sama papi!'

Yudhis benar-benar dilema. Ingin membenci Citra, tapi hatinya menolak. Ingin membuka hati, tapi bayang-bayang papinya terus menghantui. Batin Yudhis benar-benar tersiksa.

Yudhis kembali menghela nafas. Kali ini matanya melirik sekilas jam dinding di salah satu sudut ruang kerjanya.

"Udah tengah malem," gumam Yudhis. "Citra pasti udah tidur!"

"Mending gue balik ke kamar. Kalo sampe mami tau gue jam segini masih di sini, bisa ribet urusannya!"

Yudhis perlahan berdiri kemudian mulai beranjak menuju pintu. Baru beberapa langkah, tiba-tiba.....

AAAAAAAAAAAAAA

Teriakan seseorang dari luar ruangan membuat Yudhis tertegun.

"Siapa yang teriak malem-malem begini?"

AMPUUUUNNNN!! TOLOOOONG!!

Suara teriakan itu kembali terdengar. Kali ini disertai isakan ketakutan. Yudhis menajamkan pendengarannya. Suara itu bukan hanya terasa dekat, tapi juga terdengar begitu familiar di telinga Yudhis.

"Itu kaya suara..." Mata Yudhis terbelalak. "Ya ampun, Citra!"

Yudhis dengan cepat  beranjak keluar ruang kerjanya untuk menuju sumber suara teriakan yang dia yakini adalah suara milik Citra Maharani, sang istri.

****

Sudah tengah malam, tapi Citra belum juga bisa memejamkan matanya. Sudah sedari makan malam selesai tadi, Yudhis tak menampakkan batang hidungnya sama sekali di depan Citra. Bahkan sekedar masuk ke kamar untuk mengambil baju tidur atau selimut--jika pria itu memang berniat tidur di kamar lain--pun tidak Yudhis lakukan.

"Apa dia pergi keluar, ya?" gumam Citra. "Tapi masa sampe tengah malem begini belum balik?"

Jujur saja Citra khawatir. Pasalnya, ini baru kali pertama Citra tidur di rumah Yudhis setelah keduanya menikah. Citra hanya takut jika sewaktu-waktu Indy datang ke kamar ini dan tidak melihat Yudhis bersamanya, wanita tengah baya itu pasti akan menanyakan keberadaan Yudhis. Sedangkan Citra sendiri tak tahu kemana raibnya sang suami.

"Apa gue cari aja, ya?"

Beberapa saat Citra mempertimbangkan niatnya untuk mencari Yudhis, sebelum akhirnya dia memantabkan hati untuk beranjak.

"Gue cari aja, deh. Dari pada nanti mami ke kamar terus mas Yudhis nggak ada, bisa ribet urusannya!"

Citra pun segera turun dari tempat tidur kemudian beranjak keluar dari kamar. Langkahnya terhenti tepat saat pintu kamar sudah terbuka lebar dan menampakkan sisi ruangan bagian luar kamar. Ternyata di luar kamar begitu gelap, hanya beberapa cahaya dari luar yang membuat mata Citra masih mampu menangkap bayangan benda-benda yang ada di sekitarnya.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang