Bagian 17

533 46 11
                                    

Duduk bertiga bersama suami serta mama mertua di meja makan untuk sarapan pagi adalah hal yang baru pertama kali Citra rasakan. Masih ada rasa canggung pada diri Citra saat duduk satu meja makan dengan Indy dan Yudhis di kediaman keluarga Mahadana itu. Meskipun status mereka kini sudah menjadi satu keluarga, tapi tetap saja dua orang di hadapan Citra itu masih sangat baru di kehidupan Citra.

"Hari ini kamu pulang jam berapa, Cit?" tanya Indy memulai obrolan.

"Mungkin agak lebih sore, Mi." jawab Citra. "Nanti Citra mau ke rumah papa dulu buat ambil mobil Citra."

Kening Indy berkerut, "Ambil mobil?"

Citra mengangguk, "Iya, Mi!"

"Kenapa kamu nggak pake mobil yang ada di sini aja? Ada beberapa mobil, kamu tinggal pilih salah satu yang kamu suka," saran Indy.

"Mobil itu kesayangan Citra, Mi. Mobil pertama yang Citra dapet dari usaha Citra sendiri. Jadi, Citra mau mobil itu terus sama Citra," jelas Citra.

"Ooh, ya, udah kalo begitu. It's okey!"

Atensi Citra kini beralih pada Yudhis yang masih sibuk dengan sarapannya.

"Boleh kan, Mas, aku ke rumah papa?" ijin Citra.

"Kalo mau ke rumah papa, ya tinggal ke sana aja. Ngapain pake tanya ke saya segala?" Yudhis sedikit ketus sembari terus melahap sarapannya.

"Yudhis, Citra itu istri kamu. Wajar kalo dia minta ijin ke kamu tiap dia mau pergi kemanapun. Itu tandanya dia menghargai kamu sebagai suaminya. Jangan galak-galak gitu, dong!" nasehat Indy.

Yudhis menghentikan kegiatan makannya kemudian meletakkan sendok dan garpu di atas piring. Netranya kini menatap dua wanita di hadapannya bergantian.

"Iya, maaf!" ucap Yudhis "Yudhis cuma nggak mau terlalu mengekang Citra, Mi!"

"Nggak mau terlalu ngekang sama nggak perhatian bedanya tipis, loh!" cibir Citra.

Tentu saja perkataan Citra itu langsung mendapat respon dari Yudhis berupa lirikan tajam.

"Maksud kamu apa? Saya kurang perhatian sama kamu?" Yudhis tidak terima.

"Udah, kalian ini pagi-pagi udah ribut aja! Kalian kan pengantin baru, harusnya masih mesra-mesranya, dong!" lerai Indy.

'Yudhis nggak mungkin bisa bersikap mesra sama Citra, Mi. Itu nggak akan mungkin terjadi, selama dia adalah orang yang bikin papi ninggalin kita!' batin Yudhis.

"Mi, Yudhis berangkat kerja dulu!" pamit Yudhis sembari berdiri.

Yudhis meraih tangan Indy dan mengecup singkat punggung tangan maminya. Baru akan beranjak, Indy menahannya.

"Dhis!"

Yudhis menoleh pada Indy, "Kenapa, Mi?"

"Kamu nggak bareng Citra?"

Yudhis melirik sekilas Citra yang sedang menghapus sisa-sisa makanan di sekitar mulutnya dengan tissue, kemudian kembali menatap Indy.

"Yudhis buru-buru, Mi. Ada meeting penting pagi ini," alibi Yudhis untuk menolak.

"Kan, kantor kalian searah. Nganter Citra nggak akan menghabiskan banyak waktumu, kan?"

"Tapi...."

"Citra naik taksi online aja, Mi!" sahut Citra sembari berdiri. "Taksinya udah nunggu di depan, kok!"

Citra meraih tangan Indy kemudian menciumnya sekilas, "Citra berangkat, ya!"

Atensi Citra beralih pada Yudhis kemudian meraih tangan pria itu, bermaksud melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Indy.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang