"Mama, ayo belangkat cekalang!"
Teriakan melengking nan ceria seorang anak laki-laki membahana, membuat telinga orang yang mendengarnya dari jarak dekat akan berdenging. Dan untungnya tidak ada orang lain yang tengah berada di sekitar bocah tampan berusia tiga tahun itu yang sedang sibuk memperhatikan bayangannya sendiri di depan kaca jendela.
"Aden!"
Seorang wanita berpakaian pelayan datang tergopoh-gopoh dengan membawa tas bergambar Iron-man dan botol minum berbentuk pinguin di tangannya.
"Aduh, Den, kalo mau keluar kamar bilang-bilang mbak Lala, dong! Kan, mbak Lala jadi nyariin!" omel pelayan yang mengaku bernama Lala itu.
"Abisnya mbak Lala lama, sih!" sahut anak kecil itu.
"Kan, mbak Lala nyiapin keperluan Aden. Emangnya Aden nggak butuh susu? Nggak butuh mainan-mainannya lagi?"
Si kecil yang disebut Aden tadi menggeleng dengan bibir mengerucut lucu, "Mau cucu sama mainannya!"
"Lain kali, Aden harus sabar nunggu mbak Lala siap-siap, ya! Kalo Aden ilang, nanti mbak Lala dimarahin papa sama mama!"
"Maaf, mbak Lala. El nggak ulangi lagi!"
"Anak pinter!" ucap wanita bernama Lala itu sembari mengusap pelan pucuk kepala si bocah yang menyebut dirinya El itu.
"El!"
El menoleh dan seketika tersenyum lebar ketika tahu siapa orang yang memanggilnya, "Mama!"
Bocah tiga tahun itu langsung berhambur ke arah wanita yang kini berdiri tak jauh darinya. Dengan sigap wanita itu mengangkat El ke dalam gendongannya.
"Ayo, belangkat!" pekik El antusias.
"Anak mama udah nggak sabar, ya?"
El mengangguk cepat, "Ayo, Ma!"
"Oke, oke! Ayo, berangkat!"
Baru ibu dan anak itu akan beranjak, suara Lala menghentikan pergerakan mereka.
"Mbak Citra sendirian?"
Citra Maharani, ibu dari anak tiga tahun itu menggeleng sembari tersenyum, "Mas Yudhis nanti nyusulin."
"Dari kantor?"
"Iya, dari kantor," jawab Citra sembari beranjak membuka pintu mobil yang sudah terparkir di lobi. "Barang-barang El di taruh belakang aja, La!"
"Iya, Mbak!"
Lala membuka pintu penumpang lalu meletakkan semua perlengkapan El di jok belakang mobil. Setelah memastikan lagi tidak ada yang tertinggal, Lala menutup pintu mobilnya lalu mencondongkan badannya untuk bisa bertatap wajah dengan Citra dan El yang sudah duduk di jok depan.
"Nggak mau Lala temenin, Mbak? Nggak kerepotan bawa El sendiri?"
Citra tersenyum lalu menggeleng sembari mengusap pipi gembil El, "El anak yang baik, pasti nggak akan ngerepotin mama, kan?"
El menggeleng cepat, "El anak baik, Mbak Lala!"
"Good, Boy!" pekik Citra antusias. "Kita berangkat, ya, La!"
Mobil Citra pun segera melaju meninggalkan halaman luas kediamannya.
****
D
engan senyum lebar, Citra menyambut seseorang yang berjalan menghampirinya di tempat parkir sebuah lembaga pemasyarakatan di pusat kota. Lembaga pemasyarakatan? Lapas? Ya, kalian tidak salah, lapas yang itu. Hari ini adalah hari kebebasan seseorang setelah tiga tahun lamanya menjalani masa hukuman. Dan Citra memang berencana menjemput orang itu bersama El.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceCitra tak pernah menyangka masa lajangnya akan berakhir lebih cepat dari perkiraanya. Pernikahannya dengan CEO tampan dan kaya raya seketika merubah hidupnya. Disaat semua orang membayangkan kehidupan mewah yang akan Citra dapatkan, tapi justru Citr...