54. Kisah baru

640 86 1
                                        

"Tuhan selalu mengirimkan orang yang tepat di waktu yang tepat."

🍂

"Kalau yang ini pakai phi dua dua per tujuh aja," ujar Galang yang sudah serius membahas soal dengan Raya. Raya pun juga serius mendengarkan pembahasan Galang. "Eh, iya. Gue kira bukan kelipatan dua dua," jawab Raya.

Sedangkan Satriya sudah tidur bersandar di punggung Raya. Karena sedang fokus pada soal, Raya bahkan tak menyadari beban di punggungnya. Tapi, lama kelamaan akhirnya Raya menyadari juga kalau pacarnya yang manja itu menjadikannya bantal. "Ih, Sat! Kok tidur sih?"

Satriya yang baru saja terlelap langsung terkejut dengan suara Raya dan tiba-tiba terbangun. "Apa, Sayang?"

"Jangan tidur dong! Kan lagi ngerjain soal," jawab Raya dengan kesal. Sedangkan Satriya justru tak merasa bersalah sama sekali. "Kamu aja yang ngerjain. Kalau kamu pinter aku juga seneng kok."

Raya langsung mendorong Satriya menjauh darinya. "Ih, kok gitu? Kalau gitu ngapain aku belajar di sini? Cuma nungguin kamu tidur?" Satriya pun langsung beringsut sendiri. "Eh, yah... Kok ngambek sih?"

"Kamu sih, ngeselin terus," keluh Raya.

"Iya iya, aku bangun nih."

"Cuci muka dulu sana!" Raya mendorong Satriya untuk segera berdiri dan Satriya pun mengikuti perintahnya dengan malas.

Ketika Satriya meninggalkan Galang dan Raya berdua, mereka tetap sibuk dengan soal yang mereka kerjakan. Niat Raya menjawab tantangan Galang benar-benar kuat. Dia bahkan membuat Galang takjub dengan semangatnya. Seorang Raya yang pemalas tiba-tiba semangat untuk belajar karena ingin tahu rahasia dari orang lain. Udah, Ra kita lanjutkan besok lagi. Lo belum istirahat kan?"

"Nggak apa-apa, Gal. Gue habisin soalnya dulu aja. Nanggung, dikit lagi," jawab Raya.

"Yaudah, kalau gitu gue tinggal dulu ya."

Tak lama Galang pergi kemudian Satriya kembali. Pandangannya beredar mencari ada yang kurang di tempat itu. "Loh, Galang ke mana?" tanyanya pada Raya. Tapi, Raya tak menjawabnya. Dan ternyata dia tertidur di atas kertas soalnya. Melihat pemandangan itu Satriya lantas duduk dan ikut meletakkan kepalanya di atas meja menatap Raya.

Gadisnya itu selalu lucu apa pun keadaannya. Tadi dia yang melarang Satriya untuk tidur, tapi dia sendiri yang tertidur. Memang kebiasaan Raya susah sekali dihilangkan. Tangan Satriya perlahan bergerak menyingkirkan rambut dari wajah gadisnya itu. "Belajar yang rajin ya, Rayaku, pacar kebanggaanku," monolognya di depan Raya yang tertidur pulas.

Lagi-lagi Galang harus menyaksikan pemandangan manis yang menyesakkan hati. Dia senang melihat Satriya senang, tapi di sisi lain dia juga cemburu. "Raya tidur, Sat?" tanya pada Satriya.

"Iya, Lang. Biarin aja. Kecapekan dia," jawab Satriya masih sibuk dengan rambut Raya.

"Oh, gue balik dulu kalau gitu." Galang mulai membereskan perlengkapannya setelah mendengar Satriya bergumam mengiyakan.

"Kapan lo cerita masa lalu lo ke Raya?"

Spontan Galang menghentikan tangannya dan menatap Satriya dengan wajah datar. "Nanti, kalau udah waktunya," jawabnya dengan singkat.

"Thanks ya, Lang."

"Buat?"

"Buat selalu ngalah sama gue bahkan sampai relain perasaan lo."

"Lo ngomong apa sih? Nggak jelas baget," kilah Galang. Dia selalu tak nyaman setiap Satriya nembahas hubungannya dengan Raya.

"Perasaan gue nggak enak, Lang. Gue ngerasa waktu gue sama Raya itu nggak lama lagi. Gue takut dia ninggalin gue."

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang