2. Galang

2.6K 188 7
                                    

"Dia hanya fatamorgana, seperti genangan air di tengah padang pasir."

🍂

"Ray, kok bisa sih lo tidur pas pelajarannya Bu Ana?" Sejenak Raya menghentikan pergerakan tangannya yang tengah memasukkan buku ke dalam tas mendengar pertanyaan yang diajukan teman sebangkunya.

Viola namanya. Gadis cantik berambut hitam sepinggang yang menjadi bintang kelas XII IPS 5. Selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya sejak kelas X dan selalu menyabet 3 besar paralel. Siswi yang paling pelit contekan, paling jujur sekaligus paling menyebalkan waktu ulangan. Dia juga merupakan pengurus OSIS yang sebentar lagi purna.

Viola itu masuk dalam kategori siswi yang aktif dalam organisasi sekolah. Bisa dikatakan kalau separuh hidupnya didedikasikan hanya untuk sekolah. Bahkan tujuh puluh lima persen waktunya dia habisnya di sekolah dari pada di rumah.

Spontan Raya menempelkan telunjuknya di bibir untuk meredam suara Viola. "Sssttt... Jangan kenceng-kenceng Vi... Fyi, sebenarnya gue sering ketiduran, cuma tadi aja lagi apes ketahuan sama Bu Ana," Raya sengaja berbisik agar temannya yang lain tidak bisa mendengar.

Pengkuan Raya itu membuat Viola membulatkan mata dengan ekspresi tak percaya. "Ha? yang bener lo, Ray? kok gue gak tau kalau lo sering ketiduran?" Dia masih belum bisa percaya kalau Raya yang tidak banyak tingkah itu ternyata diam-diam cukup bandel.

"Kan gue udah ahli. Ada triknya biar nggak ketahuan," ujar Raya seraya terkekeh hingga temannya itu tak habis pikir dengannya. "Ahli kok ahli tidur? Ahli tuh ahli matematika, ahli komputer."

Sindiran Viola hanya dibalas dengan cengiran malu-malu kucing oleh Raya. "Lanjutin aja, Ray. Siapa tahu lo bisa jadi duta tidur nasioal," sindirnya lagi diiringi dengan gelak tawa. "Udah ya, gue ke kantin dulu, keburu rame entar."

Baru saja beranjak dari tempatnya, Raya bergegas mencekal tangan Viola. "Eh, gue ikut dong, Vi." Ucapan Raya membuat Viola langsung menaikkan sebelah alis. Heran saja dengan Raya yang tidak seperti biasanya.

"Tumben lo mau ke kantin?" Biasanya Raya paling anti untuk diajak keluar kelas di jam istirahat. Apalagi ke tempat yang penuh dengan manusia kelaparan itu.

"Gue belum sarapan tadi, tau sendiri kalau gue telat makan nih cacing-cacing di perut bisa rewel," jawab Raya seraya mengusap perutnya. Karena takut maagnya kambuh kalau tidak segera di isi makanan, terpaksa Raya ikut Viola untuk makan di kantin.

Viola tersenyum lebar karena Raya akhirnya bisa ke kantin bersama Raya. "Nah, gitu, dong baru temen gue. Ya udah, yuk, buruan!"

Viola dan Raya melangkahkan kaki kecil mereka menuju kantin sekolah. Melewati sepanjang lorong dengan bergandengan tangan seperti hendak menyebrang jalan. Begitulah yang selalu Raya lakukan ketika keluar kelas. Tingkat kepercayaan dirinya yang rendah itu membuat tangan mungilnya tak mau lepas sebentar saja dari Viola.

Kebetulan juga kelas mereka berada di lantai tiga. Jadi, mereka harus menuruni tangga untuk menuju kantin yang hanya ada di lantai satu. Dan ketika sampai di anak tangga terakhir, Raya menundukkan kepalanya karena merasa langkahnya terganggu. Spontan menghentikan langkah keduanya. "Eh, Vi tali sepatu gue lepas, tungguin," pintanya pada Viola.

Viola yang tidak suka waktunya tersita langsung berdecak tak ikhlas. "Iya, cepetan! gue tunggu sambil jalan," ujarnya, lantas meniggalkan Raya yang tengah berjongkok untuk menali sepatu.

Di tengah kegiatannya mengaitkan tali sepatu, pandangan Raya tiba-tiba beralih ke depan melihat seorang siswa laki-laki yang gagah dengan pakaian rapinya menuju mushola sekolah seraya menyugar rambutnya kebelakang. Meskipun hanya terlihat dari samping, wajah laki-laki itu memilki aura yang kuat seperti memancarkan cahaya. Dia, laki-laki yang tadi masuk di kelasnya.

Galang Regantara. Laki-laki gagah dengan tatapan tajam kedepan. Siswa kelas XII IPA 1 sekaligus ketua OSIS SMA Cendana yang masa jabatannya sebentar lagi akan berakir. Selain itu dia juga siswa kesayangan semua guru karena kepintaran dan kedisiplinannya. Bahkan dia juga menduduki juara umum empat semester berturut-turut.

Wajar saja Raya terpikat dengan laki-laki seperti Galang. Lagi pula siapa yang bisa menolak pesona laki-laki yang nyaris sempurna mulai dari wajah maupun watak seperti dia.

Raya menghela napasnya dengan Kasar dan segera sadar dari halusinasinya. Galang terlalu sempurna untuknya yang banyak kekurangan. Jangankan memilikinya, memimpikannya saja sepertinya tidak berhak. Memang Raya suka sekali memandang dirinya serendah itu.

Pesona Galang membuat Raya memandangnya tanpa kedip untuk beberapa detik. Sampai-sampai teriakan Violalah yang mampu membuyarkan pandangannya.

"RAYA! lo nali sepatu apa nali jenazah sih? Lama bener, heran deh!" teriak Viola dari kejauhan dua puluh meter membuat Raya memejamkan mata sejenak, lantas berdecak sebal.

"Ish, jenazah pala lo? Sabar kali, Vi " gerutu Raya seraya berjalan cepat menyeimbangkan langkah dengan Viola.

Di sebrang, Galang memutar kepalanya sejenak sebelum memasuki mushola. Dia merasa ada yang mengawasinya selama dia berjalan. Akan tetapi, ketika mengedarkan pandangannya, Galang sama sekali tidak melihat ada yang mengawasinya. Yang ada hanya dua siswi saling bergurau berjalan ke arah kantin.

"Lagian nali sepatu gitu aja lama bener, sih?" gerutu Viola setelah Raya berada di sampingnya.

"Itu, tadi agak susah nalinya," jawab Raya sambil menggaruk pelipisnya guna mencari alasan untuk Viola agar sahabatnya itu tidak menyadari kalau dia sedang memerhatikan seseorang. Bisa-bisa Viola akan menggodanya habis-habisan kalau sampai tahu.

Suara mereka tak bisa di dengar Galang dari kejauhan. Galang hanya bisa melihat senyum keduanya yang sangat manis saling melepar canda tawa. Tanpa sadar, hanya melihat dua siswi yang bergurau itu membuat Galang sedikit menarik kedua sudut bibirnya.

Galang menajamkan penglihatannya untuk mengetahui siapa dua siswi itu. Satu diantaranya cukup dia kenali lantaran satu organisasi dengannya. Sedangkan ketika memerhatikan siswi yang satu lagi Galang justru mengerutkan keningnya. Belum juga selesai memerhatikannya, getaran ponsel di saku celananya memutuskan pandangannya.

Dilihatnya ponsel itu memunculkan notifikasi pesan dari kontak bernama Jessica yang berisi ajakan makan ke kantin. Entah mengapa setelah membaca pesan itu Galang menghela napas jenuh.

Setelah mengetikkan balasannya untuk menerima ajakan Jessica, Galang kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Matanya kembali beredar mencari dua gadis yang dilihatnya tadi. Sayangnya, dua gadis tadi sudah tak mampu dijangkau pandangannya.

"Woe! ngelamun aja lo?" Seorang laki-laki berhidung mancung dengan lolipop yang menancap di mulutnya menepuk bahu Galang dan membuatnya sedikit terkejut.

Melihat yang mengejutkannya seorang yang dia kenal, Galang menghela napas lega. "Elo, Sat? ngagetin aja."

Laki-laki itu terkekeh karena melihat raut wajah Galang yang terlihat kesal. "Lagian masih pagi ngelamun aja. Ngelamunin cewek ya lo?" goda laki-laki itu.

Galang hanya geleng-geleng kepala menanggapi laki-laki itu. Temannya itu memang suka seenaknya sendiri. Galang lantas duduk di teras mushola untuk melepas sepatunya.

"Lo nggak lagi kena guna-guna kan, Lang?" tanya laki-laki itu spontanitas membuat Galang mengernyitkan keningnya hingga alisnya tertaut. "Maksud lo?"

Laki-laki itu mengeluarkan decakan sebal pada Galang. "Lo ngapain jadian sama Mak Lampir?"

"Mak Lampir? tanya Galang sedikit heran.

"Iya, itu si Jessica yang kelakuannya kayak Mak Lampir. Kayak nggak ada cewek lain aja lo mau sama makhluk kayak dia?"

Galang tak menggubrisnya. Menurutnya tidak perlu dia menjelaskan alasannya dan bergegas memasuki mushola.

Jangan lupa

Vote ✔
Kalau suka dengan ceritanya

Dan

Comment✔
Untuk krisarnya


Follow juga akun Author
👇
Diahayu_Sn

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang