7. Terlambat Sekolah

1.1K 143 1
                                        

"Perhatian kecil yang dia tunjukkan hanya sebatas, belum tentu melebihi."

Naraya_Elzephyra

🍂

   Sudah hampir 30 menit Raya menunggu angkutan umum di depan gang rumahnya. Ojek online yang dipesan juga berkali-kali membatalkan penjemputan. Dengan napas jenuh Raya menggerutu, "Tidak ada driver yang butuh uang, kah?"

   Sekarang sudah pukul 06.50 WIB. Sedangkan perjalanan kesekolahnya memerlukan waktu 15 menit. Raya mengembuskan napas kasarnya kemungkinan besar hari ini dia akan terlambat.

   Akhirnya Raya bisa sedikit bernapas lega karena sebuah angkutan umum berhenti di depannya. Di dalam juga ada Satriya tapi, Raya seperti tidak menyadarinya. Berbeda dengan Satriya yang sepanjang jalan memeperhatikannya dengan penuh curiga. Wajah mungil itu terlihat tidak segar. Kantung dibawah matanya lebih besar dari kemarin saat mereka bertemu.

   Raya dan Satriya terlambat 10 menit. Kini mereka sedang berada di depan pintu gerbang SMA cendana. Karena panik, Raya menggedor-gedor gerbang untuk memanggil penjaga sekolah. Sedangkan Satriya hanya berdiri di belakangnya sambil tersenyum-senyum. Sepertinya Raya belum menyadari kehadiran Satriya.

   "Pak satpam, bukain pintunya, dong!" rengek Raya.

   Rengekan Raya mengundang penjaga sekolah berjalan menuju gerbang dengan mengembuskan napas kasar. "Masih saja ada yang terlambat," keluh Pak Sueb selaku penjaga sekolah seraya membuka gembok gerbang.

   Pak Sueb menggelengkan kepalanya melihat siapa yang terlambat. "Mas Satriya lagi?"

   Mendengar Pak Sueb menyebut nama Satriya, Raya spontan memutar kepalanya ke belakang. "Lo!  sejak kapan lo ada di situ?" tanyanya heboh.

   Satriya hanya terkekeh melihat raut wajah Raya yang lucu ketika terkejut. "Lo setiap liat gue kok kaget gitu muka lo? kayak lihat setan aja."

   "Lo itu emang setan tau, nggak? Setan kepala hitam, tiba-tiba nongol!"

   "Heh! lo aja yang bengong mulu orang kita satu angkot masa lo nggak sadar sih?  makanya jangan bengong aja!"

   Dalam hati Raya merutuki dirinya. Bagaimana mungkin dia tidak tahu kalau satu angkot sama setan kepala hitam.

   Pak Sueb sampai jenuh mendengar perdebatan mereka berdua. "Ini mau pada masuk, nggak?" ancam Pak Sueb bersiap menutup gerbangnya kembali.

   "Eh, iya, Pak," jawab Raya dan Satriya kompak dan berlari masuk ke gedung sekolah.

   Guru piket hari ini adalah Bu Elisabeth atau kerap disapa Bu Elis. Salah satu guru BK SMA Cendana yang terkenal paling killer. Melihatnya dari kejauhan Raya susah payah menelan salivanya masuk ke kerongkongan dan tangannya semakin basah oleh keringat. Satriya melirik ke arah Raya seraya menahan tawa melihat wajah polos Raya yang takut di hukum.

   Melihat murid yang terlambat membuat Bu Elis menggelengkan kepalanya. "Satriya, Satriya, Satriya. Hampir seminggu ini kamu terlambat terus kecuali kemarin. Hari ini mau alasan apa lagi kamu?"

   "Nggak ada angkot, Bu," jawab Satriya dengan singkat.

   Bu Elis menatap Satriya dengan ganas. Alasan Satriya belum bisa dimakhlumi Bu Elis. "Besok beli angkot sendiri!"

   Jangankan cuma angkot, mobil sport juga bisa dibeli Satriya. Hanya saja laki-laki itu tidak ingin memamerkan kekayaannya. Meskipun semua tahu fakta itu, dia lebih memilih diam. Karena menjawab guru yang sedang berbicara itu tidak sopan. Meskipun yang dikatakan guru itu menyakitkan, diam dan hanya mendengarkan mungkin lebih sopan.

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang