"Terkadang, ada rindu yang tak butuh temu. Dan ada tanya yang tak butuh jawab. Semua ada masanya ketika Tuhan telah berkata 'Ya'."
🍂Di sebuah rumah sakit, Satriya dan Samudra duduk menunggu dokter memeriksa keadaan Raya. Setelah pertemuan singakatnya dengan Satriya, gadis itu tiba-tiba lemas dan kehilangan kesadarannya dipelukan Satriya. Dan tentu saja Satriya khawatir bukan main.
Satriya menepuk pipi Raya berulang kali seraya memanggil namanya, namun tak ada jawaban. Sampai pikiran Satriya kalang kabut. Dia benar-benar takut kalau Raya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Satriya memang tak lama mengenal Raya, tapi hatinya mampu terpaku pada gadis monoton itu. Bahkan, Satriya pun tak tahu apa alasannya bisa menjatuhkan hatinya pada gadis seperti Raya. Padahal niat awalnya ingin menyatukan Raya dengan Galang agar Galang terbebas dari Jessica.
Dari koridor, dua orang dewasa dan seorang pria berusia dua puluh tahunan melangkah dengan cepat menuju depan ruang UGD tempat Raya ditangani. Satu orang dewasa itu masih mengenakan baju rumah sakit.
"Mana anak saya?" tanya seorang wanita dewasa yang memakai baju rumah sakit itu pada Satriya dan Samudra yang membelakanginya. Satriya dan Samudra spontan memutar kepala melihat sumber suara dengan mata terbelalak.
"Nadia?" Samudra mematung melihat wanita itu adalah seorang yang sangat dia kenal. Begitu pun dengan Nadia. Dia sama terkejutnya melihat pria di depannya.
Nadia-mama Raya mendengar kabar jika Raya telah ditemukan dan sedang ditangani dokter di ruang UGD. Wanita itu sudah dua hari juga dirawat di rumah sakit yang sama dengan Raya karena kondisinya drop selama mencari Raya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Dimas-papa Raya terlihat tidak menyukai kehadiran Samudra di tempat itu. Seketika, suasana di tempat itu menjadi tegang.
"Raya putrimu?" tanya Samudra dengan raut wajah penuh tanya.
"Putriku dan putrimu," jawab Nadia dengan nada sangat ketus membuat Samudra, Satriya dan Juan terbelalak.
"Pu... putriku? Apa maksudmu, Nadia?"
Nadia menertawakan pertanyaan Samudra yang menurutnya sangat konyol. "Ternyata kamu memang bukan manusia bertanggung jawab, Samudra. Setelah merampass kehormatannya, kamu buang orang itu."
"Tunggu, Nadia. Jelaskan padaku apa maksudmu!" Samudra benar-benar tidak tahu sama sekali. Pria itu tergagap. Tidak ingin kecurigaannya benar terjadi.
"Kamu lupa, apa yang kamu lakukan padaku sebelum kamu menikah dengan Nayla?"
Samudra tak menyangka yang dia lakukan delapan belas tahun lalu membuahkan hasil. Delapan belas tahun yang lalu sebelum Nadia menikah dengan Dimas dan Nayla menikah dengan Samudra, ada kejadian yang mencetak sejarah buruk bagi mereka.
Flashback on
Samudra dan Nayla adalah sepasang kekasih yang saling mencintai sejak SMA. Namun, keluarga Nayla yang berasal dari keluaraga terpandang tidak merestui hubungan mereka karena meragukan masa depan Samudra yang berprofesi sebagai pelukis yang hanya bekerja ketika mendapat pesanan. Sedangkan waktu itu peminat lukisan sangat jarang sekali. Bagaimana Samudra menghidupi Nayla.
Karena putus asa dengan penolakan demi penolakan keluarga Nayla, Samudra benar-benar kalut. Dia menghabiskan malam di sebuah club bersama Nadia. Nadia menemaninya hanya untuk menjadi tempat curhat Samudra. Nadia sebenarnya juga mencintai Samudra. Dia rela menjadi apa pun untuk Samudra. Termasuk menjadi teman curhat Samudra ketika lamarannya ditolak mentah-mentah oleh keluarga Nayla.
Kadar alkohol yang semakin tinggi masuk dalam tubuh Samudra membuat pria yang saat itu berusia dua puluh lima tahun kehilangan akal sehatnya. Dia melihat Nadia sebagi Nayla. Nadia dan Nayla adalah saudara kembar yang tidak identik. Karena mabuk, Samudra melihat wajah Nadia sebagai Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (End)
Novela Juvenil[Masih berantakan karena proses Revisi] Satriya hanya melihat Raya sebagai gadis yang menyukai Galang. Gadis itu sangat menjaga privasinya sampai tak ada yang tahu permasalahan sekecil apa pun yang menimpanya. Lambat laun Satriya semakin menemukan h...