"Siapa yang dianggap sahabat, adalah dia yang tahu kapan pakai hati dan kapan pakai kaki."
Satriya_Dewangga_P
🍂
Saat berjalan sendirian kembali ke
Raya sudah mengganti seragam olahraganya dengan seragam kemeja putih dan rok abu-abu. Dia menatap pantulan dirinya pada cermin di kamar mandi. Perasaan sebal tersirat di wajahnya melihat seragamnya yang sedikit tidak rapi seperti biasanya. Semua itu gara-gara Satriya yang memancing emosinya. Cowok itu memang menyebalkan.Di sebelahnya ada siswi yang sedang mencuci tangannya di wastafel sambil bercermin dengan senyuman manisnya. "Lo yang namanya Raya?" tanya gadis itu pada Raya dengan nada biasa.
"Iya, kok lo tahu?" tanya Raya kembali sambil mengamati wajah gadis di sebelahnya itu. Raya tidak asing dengan wajah gadis itu. Dia kerap berjalan beriringan dengan Galang. Tapi, Raya benar-benar tidak tahu siapa gadis itu.
Gadis itu terkekeh mendengar keminderan Raya. Kenapa dia bersikap seolah-olah bukan siapa-siapa di sekolahnya. "Gue tahu dari postingan gosip sekolah," jawabnya.
Raya benar-benar merutuki dirinya sendiri. Seharusnya dia sadar sekarang dia akan kerap ditanya perihal hubungannya dengan Satriya. Hubungan apa? Ah, Raya selalu dipusingkan oleh sesuatu yang disebut gosip. "Oh iya, lo sendiri siapa ya?" tanya Raya lagi.
"Gue Aurel," jawab gadis itu sambil tersenyum. Raya mengingat-ingat nama itu dan sedetik kemudian dia ingat. "Mantannya Satriya?" tanyanya.
Aurel bergumam mengiyakan pertanyaan Raya. "Lo beruntung bisa dapetin Satriya. Dia cowok paling baik yang pernah gue kenal. Jaga dia baik-baik ya." Aurel menepuk pelan bahu Raya dan meninggalkannya.
Raya mencerna baik-baik kata yang diucapkan Aurel. Kalau Satriya baik kenapa harus putus? Ah, Raya harus segera menghentikan pikirannya sebelum berpikir terlalu jauh.
🍂
Saat berjalan sendirian kembali ke kelas, Raya melihat dari kejauhan di depan kelasnya geng Arka memenuhi jalan. Selalu saja seperti itu setiap jam istirahat. Membuat siswi-siswi yang lewat di depan kelas XII IPS 5 berbalik arah. Raya memutar matanya malas. Untung saja mereka teman sekelasnya.
"Wuih, artis baru kita," sindir Doni pada Raya yang melewati mereka. Biasanya yang paling semangat untuk menggoda adalah Arka. Mungkin karena ancaman dari Raya kemarin-kemarin membuatnya diam seribu bahasa setiap berhadapan dengan gadis itu. Dan kali ini dia hanya diam menonton korbannya. Tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk menggoda ataupun mencegah gengnya.
"Apa artis artis! mau foto sama gue?" jawab Raya dengan sekuat tenaga berusaha berlagak percaya diri. Padahal sebenarnya kalau mereka mengiyakan tantangannya, dia akan sangat malu untuk berfoto dengan mereka.
Revan terbelalak mendengar jawaban Raya. Tidak biasanya Raya meladeni ucapan-ucapan teman-temannya dengan balik menantang mereka.
"Boleh tuh, Ray. Ayo!" Yusuf berdiri mendekati Raya dan membuat Steven dan Doni ikut-ikutan. Mereka berniat memanas-manasi Revan. "Ayo, Ray cuma lo cewek di kelas kita yang nggak pernah foto bareng sama gue," ucap Steven.
"Nggak nggak nggak! nggak ada foto-foto!" cegah Revan. "Raya... lo masuk aja ya?" Revan berusaha melindungi Raya dari teman-temannya yang kurang belaian itu. Sementara itu, Raya sangat tidak berselera menanggapi mereka sekalipun itu Revan.
🍂
Jam kosong adalah saat yang ditunggu-tunggu semua murid. Termasuk murid-murid kelas XII IPS 5. Kelas yang terkenal paling ribut akan semakin ribut saat jam kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (End)
Teen Fiction[Masih berantakan karena proses Revisi] Satriya hanya melihat Raya sebagai gadis yang menyukai Galang. Gadis itu sangat menjaga privasinya sampai tak ada yang tahu permasalahan sekecil apa pun yang menimpanya. Lambat laun Satriya semakin menemukan h...