"Dari hujan kita belajar tabah. Dia selalu kembali meskipun tahu rasanya jatuh berkali-kali."
🍂
Satriya mengeratkan genggaman tangannya pada Raya ketika memasuki gedung tempat Samudra menggelar acara. Laki-laki itu terlihat tampan dengan berbalut setelan jas hitam. Begitu juga dengan Raya terlihat cantik dengan gaun berwarna nude yang diberi oleh Diana.
Mereka berjalan dengan saling menggenggam tangan. Entah mengapa keduanya merasa genggaman tangan itu seolah menjadi candu. Mungkin itulah yang namanya dimabuk asmara yang katanya masih lumrah dikalangan remaja di zaman sekarang. "Gue pengen lihat lo ngadain pameran kayak gini dan sketsa wajah gue sebagai masterpiece yang lo istimewakan."
Raya tak terlalu menggubris ucapan Satriya. Gadis itu sibuk memerhatikan setiap detail lukisan Samudra yang selalu dia anggap luar biasa. "Nggak ah, gue nggak mau berharap terlalu tinggi nanti kalau jatuh sakit." Dia sadar kalau kekecewaan datang karena ekspetasi yang tak masuk akal. Berani berharap juga harus siap kecewa.
"Hujan aja selalu ingin kembali, walau tahu rasanya jatuh berkali-kali." Jawaban Satriya membuat Raya menghentikan langkah kakinya, lantas terkekeh menatap laki-laki itu dengan pancaran mata bahagia. "Iya, aamiin." Semoga saja harapan Satriya mampu menjadi Realita untuknya.
"Raya!" Samudra melambai dari kejauhan membuat pemilik nama secara otomatis datang menghampirinya di tengah kerumunan awak media. "Perkenalkan, inilah seseorang gadis yang mengembalikan jiwa seni saya. Dia mengingatkan saya dengan masa lalu seseorang yang saya cintai. Seorang yang ada di lukisan ini." Samudra menunjukkan papan besar yang tertutupi kain hitam.
"Inilah istri saya di usia muda." Ketika Samudra menarik kain hitam itu, semua tamu undangan ternganga melihatnya termasuk Raya dan Satriya. Selain takjub dengan karya Samudra, mereka juga tak menyangka Nayla— istri Samudra sangat mirip dengan Raya.
"Apakah gadis ini putri Pak Samudra?" Pertanyaan itulah yang spontan dilontarkan wartawan dan membuat Samudra menggeleng dengan senyuman. "Bukan, Saya dan istri sampai sekarang belum dikaruniai anak. Dia gadis yang baru saya kenal beberapa bulan lalu dari putra sabahat saya. Kalian tahu, kalau di dunia ini setidaknya ada tujuh wajah yang diciptakan hampir serupa. Dan Raya adalah salah satunya. Saya yakin dia adalah jelmaan istri saya di masa lalu mulai dari wajah dan sikapnya, seolah membuat saya merasa kembali muda dan menjelma menjadi Satriya—putra sahabat saya sekaligus kekasih Raya saat ini."
Samudra tersenyum melirik Raya dan Satriya bergantian membuatnya Raya menunduk malu, sedangkan Satriya tersenyum kaku karena siulan dari tamu undangan dan awak media.
"Istri saya mengidap alzheimer yang menyebabkan kami tidak bisa bernostalgia dengan masa lalu karena takut membuatnya kabuh jika mengingat. Dan sejak kehadiran Raya di hidup kami, saya memiliki alasan yang kuat untuk mengabadikan cinta saya dari masa ke masa. Dan yakin, Yang Maha Kuasa selalu memberikan the power of love." Samudra merengkuh pinggang Nayla dan mengecup kening istrinya itu, dan tentu saja mengundang sorakan iri siapapun yang melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (End)
Teen Fiction[Masih berantakan karena proses Revisi] Satriya hanya melihat Raya sebagai gadis yang menyukai Galang. Gadis itu sangat menjaga privasinya sampai tak ada yang tahu permasalahan sekecil apa pun yang menimpanya. Lambat laun Satriya semakin menemukan h...