29. Di dalam labirin

655 111 6
                                    

"Yang namanya jatuh pasti sakit,  bahkan jatuh cinta saja juga menyakitkan apalagi kalau sendirian."

~
🍂

"Sat,  gue boleh pinjem punggunglo?"

Satriya tersenyum kecil di balik helm full facenya dan langsung menarik tangan Raya dan melingkarkan ke depan perutnya sehingga tak ada jarak bagi keduanya. Kali ini Raya terlalu berani menyandarkan kepalanya di punggung Satriya dan memeluk laki-laki itu.

Hari yang melelahkan bagi Raya. Tadi pagi di sekolah sudah kejar-kejaran dengan Jessica ditambah lagi harus bolak-balik kerumah Samudra untuk menyetorkan hasil gambarannya. Dan malamnya harus menuruti permintaan Jessica untuk double date.

Yang paling membuatnya lelah adalah hati dan pikirannya. Sejak di sekolah pikirannya melayang memikirkan Jessica. Wajar saja, Raya adalah gadis yang mudah kepikiran hal-hal kecil. Meskipun bukan sepenuhnya dia yang melakukan kesalahan, tapi rasa bersalahnya tak kunjung hilang. Dia merasa sebagai perusak hubungan orang.

Dan malam ini adalah puncak perasaannya hancur luluh lantah. Raya menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Galang sangat menyayangi Jessica. Laki-laki itu memang tak banyak bicara, tapi perhatiannya pada Jessica sungguh membuat hatinya teriris. Mulai dari meminjamkan bahunya pada Jessica,  mengusap pucuk kepala Jessica, sampai meletakkan jaketnya pada tubuh Jessica dia lakukan dengan senang hati. 

Dan Raya akan menjadi gadis yang tidak tahu diri jika melupakan kebaikan Satriya begitu saja, mengingat laki-laki itu tanpa sadar telah menjadi pelariannya.

🍂

I hate monday. Itulah kata-kata yang melekat pada benak mayoritas pelajar. Dimana setiap hari senin harus ada upacara bendera dan jam pelajaran akan terasa lebih lama. Raya bersandar pada punggung kursi dan menarik napas lega mendengar bel pulang sekolah telah berbunyi.

Satu persatu murid-murid kelas XII IPS 5 berhamburan keluar kecuali Raya. Entah mengapa hari ini gadis itu enggan pulang awal. Dia memilih istirahat sejenak dengan melipat tangannya di atas meja dan menjadikannya sebagai bantal.

"Mau nginep di sekolah?"

Satriya tiba-tiba berdiri di depan Raya sambil bersedekap mengenakan kaos basket kebanggaannya lengkap dengan headband hitam yang melingkar di kepalanya.

"Eh,  Satriya ngapain lo kesini?"

Tanpa ada rasa dosa Satriya menduduki meja Raya sehingga bisa menatap Raya dengan Jelas. "Sengaja nyamperin lo,  kata temenlo si iklan shampo lo belum keluar yaudah mending sekalian aja nonton gue tanding basket sama SMA Gaharu."

Raya menaikkan sebelah alisanya. "Dalam rangka apa, kok tumben banget?" Tak biasanya SMA cendana dan SMA gaharu terlibat dalam pertandingan seperti itu.

"Kemarin tawurannya belum selesai, eh Galang dateng-dateng nantangin basket. Padahal tuh ya gue belum puas gebukin si Arnold." Satriya selalu bercerita dengan berlebihan.

"Arnold?" Raya membeo. Gadis itu mana kenal murid sekolah lain. Murid satu sekolah aja banyak yang tidak dikenalnya.

"Pentolannya SMA Gaharu." Sebagai laki-laki yang terlahir dengan tingkat kepekaan yang lumayan, Satriya langsung menjelaskan siapa yang dimaksud dan akhirnya Raya pun paham.

"Oh, tapi kok mereka mau aja sih ngikutin tantangan Galang?"

"Galang ngancem kalau masih aja tawuran dia bakal lapor polisi."

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang