58. Bersama Sahabat

506 70 6
                                    

"Jika Tuhan belum mengabulkan do'mu, bukan tidak sayang, justru Tuhan rindu kapan lagi mahluknya itu mengadu untuk meminta padaNya."
🍂

Ketika berangkat sekolah Satriya menghampiri Raya di rumahnya, tapi yang dia temui justru Juan. Juan sedikit bingung dengan kedatangan Satriya pasalnya Raya bilang jika laki-laki itu tidak masuk sekolah dan tidak bisa menjemputnya. Dan karena Juan keceplosan, Satriya langsung mengubah raut wajahnya. Tega-teganya Raya berbohong demi menghindari berangkat bersamanya.

Ketika sampai di sekolah Satriya langsung berkelana mencari gadisnya itu hingga akhirnya dia menemukannya di rooftop sedang bersama Galang. Apa yang saat itu dirasakan Satriya? Tentu saja sakit tak berdarah.

Satriya tidak tuli. Dia mendengar semua pembicaraan Raya dengan Galang mulai dari mereka bernostalgia dengan masa lalu hingga membahas Arka. Satriya sebenarnya sudah tahu jika Galang teman masa kecil Raya, tapi yang membuat Satriya kecewa adalah Raya yang tidak mau jujur jika dia menemui Galang.

Terlebih Satriya tahu jika Raya menyukai Galang. Sudah lebih dari sekali Raya seperti itu. Mungkin awalnya Satriya diam saja karena tidak mau memperpanjang masalah dengan Raya. Tapi, lama-lama Raya keterlaluan. Bisa-bisanya dia tak mengikutcampurkan dia dalam masalah itu.

Satriya merasa menjadi orang asing bagi Raya. Jujur saja dia juga cemburu pada Galang yang pernah mendapatkan hati Raya meskipun dia tidak mengetahuinya.

Satriya benar-benar meninggalkan Raya. Dia pergi dengan menaiki motor sportnya dan melesat begitu kencangnya. Sedangkan Raya masih duduk diam di tepi lapangan menyesali kesalahannya. Separah itukah sampai-sampai Satriya begitu marahnya?

Tiba-tiba saja Raya merasakan sedikit teduh lantaran ada sesosok laki-laki berdiri di hadapannya sehingga menghalau sinar mataharinya. Dia Galang. Laki-laki itu diam saja menunggu sampai Raya mendongak menatapnya.

"Galang? Ngapain lo ke sini?"

"Gue yang harusnya nanya. Ngapain lo di sini? Kata Satriya lo nggak bisa main basket. Nggak mungkin kan lo mau main basket?"

Iya, Galang benar. Raya memang tidak bisa bermain basket dan dia juga tidak ada niatan untuk bermain basket. "Satriya ninggalin gue, Ga."

Galang langsung duduk di sebelah Raya dan penepuk punggungnya perlahan. Dia tahu penyebab Satriya berubah. Dia melihat gantungan kunci Satriya yang jatuh di tangga rooftop. Pasti dia mendengar pembicaraannya dengan Raya. "Gue akan bantu jelasin."

Raya menatap Galang dengan heran. "Lo tahu kenapa Satriya kayak gitu?"

"Meskipun baru tiga tahun gue kenal Satriya, tapi gue tahu persis gimana dia. Dia orang yang mudah percaya dengan orang lain, karena itu banyak banget yang manfaatin kebaikannya. Dia sama sekali nggak pernah berpikiran negatif sama orang lain. Jadi jangan salahkan dia mudah kecewa dengan orang lain."

Iya, Raya cukup tahu Satriya. Kenapa dia pernah sangat kecewa dengan Aurel dan ibunya karena dia sudah percaya dengan mereka, tapi mereka menghianati. Dan sekarang Rayalah yang menghancurkan dinding kepercayaan Satriya.

"Satriya baik banget, Ga. Kenapa gue bisa bego banget sampai ngecewain dia."

"Ini cuma salah paham. Lo tenang aja, Satriya nggak akan melakukan kesalahan kedua kalinya. Dia pernah salah paham dengan Aurel, nggak mungkin dia gitu aja ninggalin lo tanpa pikir panjang.

"Terus gimana biar Satriya bisa maafin gue?"

Galang pun berdiri seraya mengulurkan tangannya pada Raya. "Pikirin nanti. Ayo, gue anter pulang!"

Raya mengerutkan keningnya. Dia masih tak menyangka akhirnya bisa seakrab itu dengan Galang. Orang yang dulu dia sukai. "Jadi, bener Satriya nyuruh lo nganterin gue?"

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang