14. Akang cilok

894 109 5
                                        

"Aku berusaha mengejar meskipun akhirnya ditinggalkan."

Naraya_Elzephyra

🍂

Telolet, telolet!

Itu bukan suara klakson bus yang disukai anak-anak pada masanya, melaikan suara terompet penjual cilok yang lewat di depan rumah Raya pagi-pagi. Raya yang sedang menyapu lantai, menjatuhkan sapunya begitu saja dan berniat menghampirinya. Baru saja memakai sandal, ada seseorang yang tiba-tiba menarik rambutnya.

"Eh eh!" Hampir saja dia terjatuh kebelakang. "Ih, Kak Juan ngapain sih narik-narik rambut gue?"

"Mau kemana lo?" tanya Juan dengan nada dinginnya.

"Mau beli cilok, Aduh... Keburu jauh ntar!" jawab Raya dengan tergopoh-gopoh sambil melepas tarikan Juan.

"Beliin gue sekalian!"

Raya memutar matanya malas. "Iyaaaa," jawabnya jengah. Juan selalu saja semena-mena padanya.

Raya berlari ke jalanan menyusul pejual cilok itu sambil menjepit rambutnya keatas dengan jedai.

"Cilok!" panggilnya. Tapi tidak terdengar si penjual cilok.

"KANG CILOK! " teriaknya lagi. Kali ini teriakannya lebih kencang.

Tukang cilok itu tetap saja tidak mendengar sampai jarak membentang jauh diantara mereka. Raya tetap berusaha mengejarnya sambil berteriak-teriak.

Tanpa dia sadari, di belakangnya ada anak-anak yang bersepeda melaju cukup kencang.

Bruk!

Sepeda itu menyerempetnya dan membuatnya jatuh tersungkur. Sedangkan tersangkangkanya pura-pura tidak tahu dan malah semakin mengencangkan gayuhannya.

"Aw!" ringisnya. Tukang cilok itu semakin jauh dan Raya sudah tidak bisa mengejarnya.

"Akang kejam!" ucapnya dramatis.

Sebelum ada yang melihatnya menjadi korban tabrak lari, dia harus segera berdiri. Sialnya dia merasa ada yang aneh di kakinya. Ternyata kecelakaan itu membuat lututnya berdarah. Dan tiba-tiba terasa perih. Jadilah Raya duduk kembali meniupi lututnya.

"Ada yang luka?" tanya seseorang tanpa basa basi yang tiba-tiba menghampirinya. Raya mendongak dan matanya berbinar melihat makhluk tuhan paling tampan berada di depannya. Laki-laki itu mengenakan pakaian olahraga lengkap dengan sepatunya. Meskipun keringat menetes di pelispisnya dia tetap terlihat tampan. Bahkan semakin tampan menurut Raya.

Berbanding terbalik dengan dirirnya yang hanya memakai kaos oversize putih, celana pendek dan sandal jepit sejuta umat. Rambutnyapun dijepit keatas menggunakan jedai ala emak-emak. Sungguh sangat beratakan.

"Hey!" sapa laki-laki itu, tapi tidak ada jawaban dari Raya. Gadis itu masih berkelana dalam lamunannya.

"Hallo...." sapa laki-laki itu sekali lagi sambil melambaikan tangannya di depan wajah Raya. Masih belum ada jawaban juga.

Sampai akhirnya dia menjentikkan jari di depan Raya dan menaikkan sedikit nadanya. "WOE!"

"Eh-eh, iya?" jawab Raya gelagapan.

"Perlu gue antar ke rumah sakit?"

"Eh, gak usah, cuma luka kecil kok."

Laki-laki itu berohria.

Galang.... eluhnya dalam hati. Tentu saja tak bisa didengar siapapun termasuk orang di depannya.

Apa benar yang ada dihadapannya itu Galang? Apa dia hanya berhalusinasi?Kalau benar Galang, bagaimana dia bisa sampai di komplek rumahnya?

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang