17. Drama Queen

800 100 2
                                        

"Hal yang paling disesali dalam hidup selain waktu yang telah berlalu adalah kata yang telah terucap."

Naraya_Elzephyra


🍂

TIN TIN!

Astagfirullahaladzim. Raya mengelus dada mendengar suara klakson motor Satriya yang mengagetkannya dari belakang.

"Ayo,  bareng!" tawarnya.  Melihat wajah memyeramkan Raya, Satriya berasumsi negatif.  "Mau nolak lag-"

Raya mendengus pasrah memutus pertanyaan Satriya. "Iya,  gue mau bareng lo."

Meskipun semalam dia hampir mati, tapi paginya dia tetap harus masuk sekolah. Selama masih bisa berjalan gadis itu tidak akan meninggalkan yang namanya sekolah. Biarpun otaknya tidak terlalu pintar, dia adalah gadis yang komitmen dengan apa yang telah dia jalankan.

🍂

Raya terlihat sibuk merangkai platik-plastik refile pada manekin. Tidak salah lagi dia sedang membuat gaun recycle untuk memeriahkan classmeeting 3 hari lagi. Tangan gadis itu terlihat jeli merangkai karyanya. Seharusnya tugasnya hanya mendisign dan yang mengerjaknnya teman-teman sekelasnya. Tapi nyatanya dia bekerja sendiri.

"Eh, benangnya habis, guys." Raya memberi kode pada teman-temannya untuk mencarikan. Tapi saat dia bertanya tidak ada satu orang pun yang menjawab.

"Guys...," ulangnya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri teman-temannya sudah tidak ada. Dia memutar kepalanya kebelakang dan melihat semua murid perempuan kelas XII IPS 5 sedang bergerombol di pojok kelas.

"Guys... Kalian ngapain di situ? ini belum selesai loh?" tanyanya pada semua teman perempuannya.

"Ra, dilanjut besok aja ya, ini kasian Syakila lagi sedih," jawab Viola.

Raya mengerutkan keningnya. "Ya gak bisa gitu dong, Vi... 3 hari lagi sudah harus dipakai Tere. Waktu kita tinggal 2 hari. Kalau kita mengulur-ngulur waktu gak akan selesai, Vi... Lagian Syakila kenapa?"

"Putus sama pacarnya Ra. Kamu ngertiin dia ya?" jawab Viola dengan entengnya.

Raya tak habis pikir sempat-sempatnya mereka mengurusi yang yang tidak penting disaat kondisi genting. "Apa urusannya sama kegiatan sekolah sih, Vi? dia kan cuma putus sama pacarnya, itu masalah wajar kali, Vi...."

Syakila yang menjadi topiknya mendongak menatap Raya dengan tatapan benci. "Lo gak tahu perasaan gue, Ra. Karena lo gak pernah ngarasain!" ucapnya dengan nada tinggi disertai isakan.

Raya tidak suka dengan nada biacara Syakila. "Oke, gue memang gak pernah ngrasain. Tapi setidaknya lo bisa menempatkan. Ini sekolah Sya, gak seharusnya lo bawa-bawa masalah pribadi. Kalau mau nangis ke toilet sana,  apa lo pulang aja biar gak ganggu yang lain."

"Lo kenapa sih,  sensi terus sama gue,  Ra?" sewot Syakila.

"Bukannya gue sensi sama lo Sya, gue mau lo bisa profesional. Lo lihat, Tere juga habis putus sama Epen, kurang lama apa mereka pacaran,  udah sesayang apa dia sama Epen,  apa dia lebay kayak lo gitu?  Dan satu lagi, Baru juga pacar belum jadi suami.  Mungkin kalau yang ninggalin lo itu orang tualo, dan lo sedih baru itu wajar!" balas Raya lagi dengan emosi yang meradang, tapi untungnya masih bisa menahan nadanya untuk tidak meninggi.

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang