65. Tak Apa

593 81 9
                                    

"Rasa sakit yang teramat sakit adalah melihat yang terkasih merasakan sakit."
🍂

"Kenapa diam saja! Tolong bantu angkat ke mobil saya!" Samudra menginterupsi kerumunan yang menonton Satriya.

Orang-orang itu awalnya takut menolong Satriya, tapi setelah ada sukarelawan membantu Samudra dan Raya, banyak orang yang ikut membantu. Memang terkadang untuk melakukan kebaikan itu perlu dicontohkan. Sekali pun mereka memiliki akal untuk berpikir sendiri.

Raya sudah duduk dengan memangku kepala Satriya di dalam mobil dan Samudra mulai mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. "Pa, ayo cepat! Darahnya Satriya nggak mau berhenti."

Melihat Raya yang dilanda kepanikan membuat Samudra juga khawatir. Dia belum sepenuhnya sembuh, tapi sudah menghadapi situasi yang bisa membuatnya drop lagi. "Kamu tenang, Raya. Satriya pasti baik-baik saja. Kamu jangan panik."

Raya sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri. Yang dia khawatirkan hanya keselamatan Satriya.

"Satriya, kamu jangan kayak gini. Aku takut," ucap Raya seraya mendekap kepala Satriya dengan kuat.

🍂

Sesampainya di rumah sakit Raya dan Samudra menunggu kabar dari dokter yang menangani Satriya di ruang gawat darurat. Samudra merangkul Raya yang tak berhenti menangisi Satriya. Tubuhnya yang semakin dingin membuat Samudra khawatir dua kali lipat. Dia harus menghawatirkan Satriya juga Raya.

Tak berselang lama, Diana, bunda Satriya datang dengan tergopoh-gopoh mendatangi Raya dan Samudra lantas disusul oleh Pandu, ayah Satriya. Raya yang melihat Diana berlari pun langsung memeluknya. "Bunda, Satriya nggak bakal kenapa-kenapa kan? Raya takut, Bunda."

Diana juga merasa takut kehilangan Satriya. Dia berusaha kuat agar Raya tidak semakin panik. "Satriya anak yang kuat. Dia pasti baik-baik saja. Percaya sama Bunda," jawab Diana dengan air mata bercucuran seraya mengusap pucuk kepala Raya.

Salah satu perawat akhirnya keluar dan memanggil keluarga Satriya. "Pendarahan di kepala pasien sudah berhasil diatasi karena tidak terlalu parah. Tapi, kami harus segera melakukan operasi untuk tulang belakangnya kerena mengalami cidera parah."

Raya membekap mulutnya tak kuasa mendengar berita buruk dari perawat itu. Separah itukah lukanya?

"Lakukan apa pun untuk kesembuhan anak saya!" jawab Pandu dengan tegas. Dia tidak mau terjadi hal buruk pada Satriya jika tidak cepat ditangani dengan benar.

Diana menuntun Raya untuk duduk dengan tetap memeluk tubuh gadis kesayangan putranya itu. Tangan lembutnya tak berhenti mengusap lengan Raya sekali pun dia sama sakitnya.

Raya meremas gaunnya yang masih berlumur darah Satriya. Dia sama sekali enggan untuk mengganti pakaiannya sebelum dokter selesai menangani Satriya.

Setelah berjam-jam menunggu jalannya operasi, seorang dokter keluar dengan membawa kabar buruk. Lagi. "Satriya mengalami kelumpuhan pada tubuh bagian bawah."

Semua orang yang menunggu Satriya dibuat melemas mendengar berita itu. Terutama Raya. Dia sudah lemas, tapi berusaha menahan tubuhnya untuk kuat demi Satriya.

"Apa yang harus saya lakukan untuk kesembuhan anak saya? Katakan! Lakukan apa pun demi kesembuhnya!" Pandu sangat tidak terima hal buruk itu harus menimpa Satriya. Samudra yang paham betul dengan perasaan Pandu pun menepuk pahu pria itu untuk menenangkan.

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang