45. Ada Yang Hilang

619 96 1
                                    

"Tuhan selalu memeberi petunjuk pada setiap umatnya"

🍂

Sudah dua hari Raya tak menampakkan batang hidungnya di sekolah. Tidak biasanya dia absen. Selama gadis itu bersekolah tidak ada coretan absen di rapornya. Entah itu alpa, izin bahkan sakit sekalipun dia selalu memaksakan diri untuk masuk sekolah, meskipun dia sebenarnya bosan dengan namanya sekolah. Apalagi kali ini tanpa keterangan.

Pak Pramana selaku kepala sekolah SMA Cendana memasuki kelas XII IPS 5 bersama sepasang wali kelas salah satu murid di kelas itu. Seketika belajar mengajar mereka berhenti sejenak untuk mendengarkan apa yang disampaikan Pak Pramana.

"Perhatian, untuk anak-anakku kelas XII IPS 5, ada salah satu teman kalian yaitu Naraya El Zephyra sudah 2 hari menghilang tanpa memberi kabar kepada kedua orang tuanya. Apakah diantara kalian ada yang mengetahui keberadaannya?"

"Ha, Raya hilang?"

"Gue nggak salah denger?"

"Masa sih?"

"Kemana tuh anak?"

Suasana di kelas itu mendadak ribut mendengar informasi hilangnya Raya. Mereka sibuk saling tanya.

Dok dok dok

Bu Ana yang sedang mengajar di kelas XII IPS 5 mengetuk meja dengan penggaris kayu untuk menghentikan keribuan ini. "Anak-anak jangan ribut! Diantara kalian ada yang mengetahui keberdaan Naraya?"

Semua murid dikelas itu menggeleng dan saling melihat satu sama lain. Tak ada satu pun yang mengetahui. Tapi diantara mereka ada salah satu siswa yang paling menyesal. Dia adalah Viola, sebelum Raya menghilang dia mengabaikan panggilan tak terjawab dari Raya karena masih ada kekecewaan dalam hatinya yang entah apa itu. Tapi, sekarang mendengar sahabatnya hilang, dialah orang yang paling menyesal telah mengabaikannya.

"Kalau ada dari kalian ada yang mendapat informasi apapun tentang Raya, tolong beri tahu kami," ucap Papa Raya dengan nada letih hingga tanpa sengaja menitikan air mata.

Begitu juga Nadia—mama Raya. Dia juga tak kuasa menutupi kesedihannya hingga bicara pun tak sanggup.

🍂

"Udah dong, Vi nangisnya, Raya pasti ketemu kok," ujar Kayla untuk menenangkan Viola yang sedang terisak seraya menutup wajahnya dengan telapak tangan bersama Tereshia di kantin sekolah berhadapan dengan tiga mangkuk bakso dan tiga gelas es teh yang sama sekali belum tersentuh ketiganya.

"Gue nyesel, Kay, Re ... waktu itu nggak angkat telepon Raya. Gue egois."

"Lo jangan nyalahin diri lo sendiri, Vi. Ini semua musibah, kita harus berdo'a supaya Raya cepet ketemu." Kali ini Tereshia yang menenangkan gadis itu. Dia paham sekali perasaan Viola. Bahkan dia juga sangat kehilangan. Semua kenangan bersama Raya masih terekam jelas di ingatannya.

Mulai dari ceramahnya yang klise, keminderannya, sampai sifat cueknya membuat siapa pun rindu.

"APA! RAYA HILANG?" Satriya tidak sengaja mendengar percakapan Viola, Tereshia dan Kayla tiba-tiba menghampiri mereka dengan rahang yang mulai mengeras. Laki-laki itu shock bukan main. Pantas saja dua hari ini gadis yang berarti dalam hidupnya itu tidak terlihat bahkan tanpa kabar. Mereka memang sengaja memberi jeda untuk hubungan keduanya agar bisa sama-sama introspeksi diri.

"I-iya, Sat," jawab Kayla takut melihat raut wajah Satriya yang menyeramkan. Di balik sikap konyolnya Satriya ternyata terlihat sangat menyeramkan ketika marah.

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang