Dia hanya orang asing yang kelak menjadi bagian dari kisah hidup.
🍂
Raya sedang sedang berada dalam bilik kamar mandi sekolah untuk memastikan kalau dia tidak sedang datang bulan. Pasalnya sejak ulangan dimulai gadis itu merasakan nyeri di perutnya. Dengan terpaksa Raya memberanikan diri pergi ke kamar mandi seorang diri.
Salah satu alasan murid perempuan ke kamar mandi butuh teman adalah rasa tidak percaya diri mereka. Begitu juga dengan Raya. Tapi, kali ini Raya terpaksa pergi sendirian karena teman-temannya belum selesai mengerjakan ulangan. Jangan berpikir kalau dia jenius bisa menyelesaikan ulangannya paling awal. Gadis itu hanya mengeluarkan jurus the power of kepepet karena sudah merasa tidak nyaman.
Dari dalam bilik kamar mandi, Raya mendengar suara kasak kusuk murid perempuan yang entah membicarakan apa. Dapat didengar dari suaranya yang cempreng, dipastikan kalau itu Jessica.
"Oemji, gue tembus! Mana nggak bawa pembalut lagi. Kalian ada yang bawa nggak?" Tepat sekali perkiraan Raya. Suara cempreng yang melengking itu sangat khas sekali dengan Jessica.
"Nggak bawa gue, Jes," jawab Eva, gadis berambut pirang sebahu yang sedang membasuh tangannya di wastafel.
Lantas, Jessica beralih pada temannya yang berambut hitam nan panjang dengan bulu mata anti bandainya. "Lo, Sel?"
Sela yang sedang mengoleskan gincu di bibirnya juga menggeleng. "Nggak lah, gue biasanya tanggal tua."
"Lo berdua?" tanya Jessica pada Naomi yang sedang membubuhkan bedak di wajahnya dan Lisa yang sedang menyisir rambut kuncir kudanya. Mereka hanya menjawab dengan gelengan kepala membuat Jessica berdecak sebal. "Temen nggak guna, kalian!"
Di dalam bilik kamar mandi, telapak tangan Raya sudah basah oleh keringat mendengar suara Jessica. Tentu saja karena takut kalau harus berhadapan dengannya. Pasalnya Jessica adalah premannya SMA cendana versi perempuan. Salah-salah, habislah Raya di tangan gadis sangar itu.
Melihat pembalut yang dia pegang, Raya punya cara untuk menghidari masalah dengan Jessica. Dengan perlahan memberanikan diri untuk keluar menghadapi lima gadis primadona SMA Cendana itu. "Lo butuh pembalut, Jes? gue bawa nih, pakai aja," ucap Raya yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi dengan menyodorkan pembalut pada Jessica. Meskipun sebenarnya dia takut berurusan dengan Jessica akan tetapi, sepertinya Jessica butuh bantuannya. Dan Raya paling tidak bisa melihat orang kesusahan.
Sikap Raya mendapat respon kerutan di dahi Jessica. "Boleh nih gue minta?"
"Kalau nggak boleh, nggak bakal gue tawarin kali, Jes. Tadi gue kira gue lagi dapet, makannya sekalian bawa. Ternyata enggak. Kayaknya lo yang lebih butuh ini deh," jawab Raya mencoba sesantai mungkin. Tidak mau terlihat takut dengan Jessica. Kalau Jessica tahu dia takut, sudah pasti menjadi objek bullying mereka.
"Thanks ya, Ray?"
Raya membulatkan matanya tak percaya mendengar Jessica memanggil namanya. "Lo tau nama gue?"
Jessica memutar matanya. "Hello... lo lupa siapa center gosip SMA Cendana? jangankan lo yang setingkat sama gue, bocil-bocil kelas sepuluh aja gue tahu semua."
Mendengar ucapan Jessica membuat Raya sedikit lega dan mengulas senyum yang terlihat kaku. Dia masih canggung berhadapan dengan gadis itu. "Kirain lo nggak kenal gue, Jes."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (End)
Fiksi Remaja[Masih berantakan karena proses Revisi] Satriya hanya melihat Raya sebagai gadis yang menyukai Galang. Gadis itu sangat menjaga privasinya sampai tak ada yang tahu permasalahan sekecil apa pun yang menimpanya. Lambat laun Satriya semakin menemukan h...