21. Penyetan Sultan

710 111 6
                                    

"Definisi bahagia tidak harus mewah itu bukan hoax,  karena perut tidak makan emas kecuali kalau dijual buat beli makan."


Satriya_Dewangga


🍂

Satriya mengendarai kuda besinya sangat kencang sampai membuat Raya kebingunan untuk berpegangan. Tak ada pilihan lagi,  terpaksa Raya memegangi ujung jaket laki-laki didepannya.

"BERHENTIIIII!" Raya berteriak sambil memukul-mukul bahu Satriya.

Ciiiitttttt!

"Apaan sih?"

"Sholat magrib dulu!"

Kebetulan sudah masuk waktu magrib dan mereka masih di jalan. Kemungkinan besar waktu sholat magrib akan habis kalau mereka memaksa sholat di rumah.

🍂

Raya dan Satriya duduk bersebelahan memakai sepatu di teras masjid sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Satriya tersenyum-senyum menatap Raya. Dia bersyukur selalu didekatkan dengan teman-teman yang rajin beribadah seperti Galang dan Raya.

"Ngapain sih lo lihat gue sampai segitunya?" Raya mengerutkan keningnya melihat sikap aneh laki-laki yang saat ini bersamanya.

Tak mengalihkan pandangannya,  Satriya masih saja memasang senyum manisnya yang sebenarnya membuat Raya ingin muntah. "Ternyata lo istri idaman gue banget Ra, Solehah."

Raya tetap tak terpengruh dengan kata-kata Satriya. "Solehah solehah masih aja lo pegang-pegang, gak jadi solehah deh gue," gerutunya.

Sadar atau tidak ucapan Raya membuat Satriya gemas. " Ini nih,  Rambut lo juga belum solehah." Saking gemasnya Satriya sampai mengacak-acak rambut Raya.

Spontan Raya mencondongkan badannya kebelakang. "Heh!  Don't touch touch!" ujarnya sambil mengacungkan telunjuk di depan Satriya.

"Kalau belum boleh touch touch you karena belum halal, yaudah kita nikah dulu yuk!" Satriya terkekeh sendiri dengan ucapannya.

Raya memelototi Satriya dengan garang. Kalau saja mereka sedang dalam film naruto mungkin Raya sudah membunuh Satriya dengan sharingannya.

Saking jengkelnya,  Raya mengepalkan kedua tangnnya di depan Satriya. "Lo pilih mana?  Kanan kuburan kiri rumah sakit," ujarnya geregetan.

"Kalau ke pelaminan yang mana?" Dengan polosnya Satriya bertanya. Tingkah Satriya yang aneh terlihat semakin aneh. Apa dia sudah kerasukan jin masjid?

Cukup sudah! orang seperti Satriya memang tidak bisa diajak basa-basi. Langsung saja Raya menendang sepatu sebelah kanan Satriya cukup jauh.

Kali ini Satriya tidak marah,  mungkin efek habis sholat ashar dia mendapat pencerahan. Tapi otak jailnya tetap saja tidak hilang. Satriya melirik sepatu sebelah kiri Raya dan memakainya berjalan mengambil sepatunya yang dilempar Raya.

Sepatu Raya yang kecil hanya muat diujung kaki Satriya membuat Raya murka. "Satriya, Sepatu gue melar!" Raya menunjukkan pipi cubbynya yang semakin menggembung seperti ikan buntal. Keningnya juga berkerut seperti nenek-nenek. Mungkin dia akan cepat mengalami hipertensi dan penuaan dini kalau selalu di dekat Satriya.

Tentu saja Satriya tidak peduli. Siapa suruh membuang sepatu orang sembarangan. Masih dengan cekikikan Satriya kembali mendekati Raya. "Mau emas berapa kilo buat mahar?"

SAGARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang