"Karena hati punya kebutuhan masing-masing untuk sedih dan bahagia"
~
🍂Mamanya sudah boleh pulang dan Raya akhirnya bisa sekolah dengan tenang. Hari ini adalah hari pelantikan ketua OSIS baru di SMA Cendana dan itu artinya masa jabatan Galang telah berakhir. Padahal Raya masih ingin melihat Galang di depan lapangan upacara menjadi pemimpin setiap senin. Entah memang benar atau hanya perasaan Raya saja Galang seperti melihat kearahnya dengan senyuman kecil.
Hal itu membuat Raya segera mengalihkan pandangannya tak mau ketahuan kalau diam-diam dia memeperhatikannya. Jujur saja Raya masih terpikat akan pesona Galang sejak kelas sepuluh. Selain karena ketampanannya Galang memiliki perilaku jauh dari kata menyimpang dan pintar tentunya.
Usai upacara bendera Raya, Kayla dan Theresia kembali ke kelas bersama. Sampai di tangga tiba-tiba ada yang menarik rambut Raya sampai membuatnya mengaduh dan langsung memutar kepalanya mencari sang pelaku. "Ih, Sat! Sakit tau..."
"Rasain." Dengan wajah menyebalkan Satriya menjulurkan lidahnya membuat Raya memutar matanya dengan malas. "Kantin, yuk!" ajak Satriya namun Raya segera menolak.
"Gak ah, habis ini pelajaran Miss Merry orangnya on time banget kalau masuk kelas," ujarnya.
Satriya mendengus pasrah. "Yaudah, deh nanti jam istirahat aja kalau gitu. Soalnya Galang mau nraktir gue," ucap Satriya sembari menggenggam tangan Raya dan menuntunnya berjalan menaiki satu persatu anak tangga.
Mendengar kata Galang membuat Raya tak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Bagaimana kalau dia salah tinggah dan akhirnya Satriya tahu? Rasanya Raya menjadi gadis paling jahat jika itu semua terjadi. Raya tiba-tiba menghentikan langkahnya di anak tangga teratas. "Sat-" Ucapannya terjeda dan Satriya bergumam menunggunya melanjutkan.
"Gak jadi, deh."
Satriya menautkan kedua alisnya hingga terlihat kerutan di keningnya. "Kok gak jadi? Kasih tahu gak mau bilang apa!"
"Ih, kok maksa sih?" kesal Raya.
"Gue gak suka ada orang ngomong tapi gak dilanjutin," gemas Satriya menekan kedua pipi Raya dengan telapak tangannya hingga bibir gadis itu mengerucut seperti ikan.
"Ih, Sat! Kebiasaan banget sih? Sakit, tau..."
"Salah sendiri gak mau kasih tahu mau bilang apa."
"Lo ganteng," jawab Raya terlihat setengah ikhlas tapi menurut Satriya itu ucapan dari dalam hati hingga laki-laki itu merasa terbang menembus langit ketujuh.
"Akhirnya pacar gue mengakui kalau gue ganteng," teriak Satriya saking senangnya. Entah mengapa Satriya selalu mengekspresikan perasaannya dengan berlebihan. Kalau biasanya yang suka dipuji adalah wanita tapi tidak berlaku bagi Satriya terlebih yang memuji adalah gadisnya.
Raya mengatakannya karena tepaksa untuk mengalihkan pembicaraan. Meskipun Satriya memang tampan menurut penilaian objektif tapi untuk memujinya terang-terangan rasanya aneh. Reaksi laki-laki itu pasti sangat berlebihan dan ternyata memang benar. Raya jadi sedikit menyesal mengatakannya.
Sebenarnya Gadis itu mau menolak ajakannya makan dengan Galang. Tapi, kalau dia tolak akan terlihat aneh dan Satriya pasti ingin tahu alasannya lebih lanjut menimang laki-laki itu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
🍂
Di kantin SMA Cendana Raya dan Satriya duduk berhadapan dengan Galang dan Jessica. Canggung. Itulah yang dirasakan Raya. Namun, sekuat tenaga dia menahanya agar tidak terlihat di depan siapapun.
"Lo katanya putus kok masih nempel-nempel sama Galang aja, Pir?" mulut julid Satriya sudah mulai beraksi menyindir Jessica terang-terangan.
"Kepo banget lo sama urusan orang! Noh urusin tuh ceweklo yang keganjenan," celetuk Jessica.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (End)
Jugendliteratur[Masih berantakan karena proses Revisi] Satriya hanya melihat Raya sebagai gadis yang menyukai Galang. Gadis itu sangat menjaga privasinya sampai tak ada yang tahu permasalahan sekecil apa pun yang menimpanya. Lambat laun Satriya semakin menemukan h...