Bismillah,
"Ada siapa, Ga? Room servicenya udah datang?" Nai sedikit berteriak, perempuan itu belum tahu siapa yang datang. Yoga menoleh dengan kikuk, dia ingin menjawab Naira tapi tidak bisa. Mendadak kata-kata menghilang begitu saja dari kepalanya.
"Ga, kok nggak dijawab sih?!" suara Naira terdengar lagi, kali ini perempuan itu melangkah mendekat. Yoga semakin salah tingkah, keringatnya mulai mengalir. Di bawah tatapan menghujam Alfi, Yoga tidak bisa berbuat apa-apa.
Suara langkah kaki Naira semakin dekat, membuat Yoga membeku. Menatap Alfi pun dia tidak berani, dengan rasa bersalah yang semakin mencekiknya dia menunduk. Sungguh ini suasana yang sangat menakutkan untuk Yoga. Banyak hal yang berseliweran di kepalanya. Apa yang akan terjadi pada Nai setelah ini? Belum lagi rasa bersalahnya pada Alfi karena sudah berkhianat. Teringat lagi betapa banyak jasa Alfi dan keluarganya pada keluarga Yoga.
"Ga," panggil Nai. Perempuan itu belum melihat siapa yang berdiri di balik pintu. Dia hanya heran mengapa Yoga diam saja. Dengan penasaran Naira menarik pegangan pintu, Yoga menahannya.
"Apa-apaan sih, Ga?" protes Nai. Dia tidak mengerti mengapa Yoga melarangnya membuka pintu.
Sedangkan Alfi masih bergeming. Dia tidak melepaskan tatapan dinginnya dari Yoga. Jantungnya bukan lagi berdegup, tapi berlompatan dengan penuh amarah. Sejak awal dia melihat mobil Nai terparkir di basement, dia sudah berdoa semoga hal semacam ini tidak terjadi. Nyatanya, doanya tidak terkabul.
"Ga, buka pintunya, kenapa sih?!"
Dan ...
"Mas Alfi!" Nai membelalakkan matanya. tangannya masih mencengkram pegangan pintu yang sekarang terasa seperti bara.
Alfi sekarang menatap Yoga dan Nai bergantian, menyeringai dengan rahang masih mengatup ketat. Yoga dan Nai berdiri dengan kaki gemetar, sesekali saling melirik. Dengan gerakan kaku Alfi mendorong pintu kamar itu. Dia mendorong Yoga dengan sarkastis, lalu melangkah masuk. Yoga dan Nai terlihat bingung.
Alfi memindai sekeliling kamar itu. Kamar berkualitas premium yang ditata apik dengan view perkotaan. Matanya yang menyorotkan luka, memandang berkeliling.
"Bagus juga kamarnya, pilihan Yoga atau kamu, Nai?" sindirnya.
Lelaki itu menggulung lengan kemejanya, kemudian melangkah menuju ruang tamu. Menghempaskan tubuhnya di atas sofa berkelir cokelat, lelaki itu memejamkan matanya. Dia menyandarkan tubuhnya, mengatur nafas yang tadinya memburu.
Tak jauh dari tempat Alfi duduk, Nai dan Yoga berdiri dengan gelisah. Berkali-kali mereka saling memandang dan menelan ludah. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Alfi.
"Sudah berapa lama kalian tidur di sini? Jadi pil KB itu ... digunakan untuk ini, Nai?" Alfi menyeringai lagi, tersenyum miring dengan ekspresi menyindir.
"Mas, aku ... ini nggak seperti itu. Nggak seperti dugaan kamu, Mas," Nai menjawab dengan gemetar.
Alfi tertawa sumbang. "Itu juga yang dikatakan Yoga, waktu kalian jalan di mall berdua. Nggak seperti yang aku pikir, nggak seperti yang aku duga. Kayanya kalian tau banget aku akan berpikir gimana? Kalo keadaannya dibalik gimana ya, Nai?"
Alfi berhenti sebentar, mengambil napas dan mengeratkan genggamannya. Senyum miringnya masih bertahan.
"Kalo kamu yang mergokin aku jalan sama perempuan lain, setelah aku nolak ajakan kamu untuk ketemu, gimana, Nai? Gimana reaksi kamu? Ngamuk? Minta dicerai? Ngancam mau ngaduin aku ke Papa kamu? Apa?!" tuntut Alfi. Suaranya rendah, sama sekali tidak ada teriakan atau tanda-tanda bahwa lelaki itu marah.
"Mas, aku dan Yoga nggak melakukan apa-apa, sumpah, Mas,"
"Belum melakukan apa-apa," balas Alfi.
Kemudian sunyi. Tidak ada lagi pembicaraan. Sampai dering ponsel Alfi memecah keheningan. Lelaki itu menjawab panggilan teleponnya, kelihatannya Danil mencarinya. Rapat sudah selesai dan rekan-rekannya mencari Alfi. Alfi hanya mengatakan bahwa dia ada urusan penting, dan panggilan itu ditutup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...