13 Bercerai

2.8K 221 19
                                    

Bismillah,

Alfi melangkah keluar dari lift, untuk sampai di basement dia harus berganti lift. Kepalanya pusing dan kakinya lemas. Kejadian di kamar 722 masih berputar-putar di benaknya. Rasanya dia tidak percaya hal seperti ini terjadi dalam pernikahannya. Kejadian yang biasanya hanya ditemukannya di film atau dalam hidup orang lain. Alfi tidak pernah menyangka ini akan terjadi padanya.

"Al, kemana sih? Kamu dicariin Kusuma, dokter Nug juga nyariin. Kan mestinya tadi sekalian ngenalin kamu sebagai kepala Instalasi Rawat Inap IKA IV yang baru, dodol banget kamu. Aku ditanyain orang satu rumah sakit tau nggak?!" cerocos Danil. Lelaki itu tadi sedang duduk di lobby, memainkan gawainya dengan wajah bosan.

Alfi diam, tidak menanggapi cerocosan Danil. Dia terus berjalan menuju lift yang akan membawanya ke basement.

"Alfi, aku ngomong sepanjang itu kamu nggak jawab, sialan!" Danil menyusul Alfi yang sudah hampir mencapai lift. Dia mulai merasa ada yang tidak beres.

"Ada apaan sih, Al? Kamu jadi kaya orang kesurupan gini, Alfi!" Danil menahan pintu lift, ikut menerobos masuk.

Di dalam kotak besi itu sepi, hanya ada mereka berdua. Danil sekarang diam, hanya menelisik bahasa tubuh Alfi yang muram. Lelaki jangkung itu menyandarkan tubuhnya, memejamkan mata lalu memijit pelipisnya. Aura kesedihan terlihat jelas. Danil tidak lagi berani bertanya.

"Naira ... dan Yoga, di kamar 722." Alfi mengucapkannya dengan suara bergetar. Membuat Danil terperangah. Ketika pintu lift terbuka, keduanya keluar tanpa mengucapkan apa pun. Danil sebenarnya ingin bertanya siapa Yoga yang dimaksud Alfi, tapi melihat ekspresi Alfi dia tidak tega. Kalimat pendek itu cukup mudah untuk dipahami. Danil sudah bisa menebak kalau pernikahan Alfi dengan Nai tidak akan bertahan lama. Tapi dia tidak pernah membayangkan Naira akan mengkhianati Alfi seperti ini. Lelaki sebaik Alfi tidak pantas diperlakukan seburuk ini.

Alfi keluar dari gedung itu, melangkah menuju mobilnya. Danil masih mengikutinya, sampai lelaki berwajah muram itu memasuki mobilnya.

"Al, hati-hati. Kalo kamu perlu temen ngomong, telepon aku kapan aja," kata Danil. Alfi hanya mengangguk. Tak lama mobil hitam itu melaju perlahan.

Malam seakan ikut bersedih, tak ada setitik pun kilau bintang di langit yang hitam. Alfi mencengkram setirnya. Menahan perihnya hati yang hancur. Semua usahanya untuk berbaikan, untuk menerima dan mengerti tidak ada artinya lagi. Terngiang lagi kalimat Yoga yang mengungkapkan cinta untuk Naira, di depannya. Lalu Naira muncul di benaknya, wajah perempuan itu terlihat dingin ketika dia mengucapkan tidak memilih Alfi. Bahwa dia muak dengan pernikahannya, dengan Alfi yang terlalu banyak mengaturnya.

Kini 'ku mengungkap tanya
Siapakah dirinya
Yang mengaku kekasihmu itu
Aku tak bisa memahami

Ketika malam tiba
Kurela kau berada
Dengan siapa kau melewatinya
Aku tak bisa memahami

Aku lelaki tak mungkin menerimamu bila
Ternyata kau mendua membuatku terluka
Tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih, aku bukan pilihan

Selalu terungkap tanya
Benarkah kini dia
Wanita yang kukenal hatinya
Aku tak bisa memahami

Aku lelaki tak mungkin menerimamu bila
Ternyata kau mendua membuatku terluka
Tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih, aku bukan pilihan

Tak perlu kau memilihku
Aku lelaki bukan 'tuk dipilih

Lagu yang mengalun dari tape mobil membuat Alfi semakin merasa perih. Dia bukan pilihan, dia lelaki yang tidak dipilih, bahkan oleh perempuan yang diperjuangkannya. Alfi mencengkram setir mobilnya, merasakan sakit di jari jarinya. Tapi dia tidak peduli, ada yang jauh lebih sakit di dalam sana. Hatinya dan harga dirinya hancur menjadi puing.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang