Bismillah,
"Begini, Pak Imran ... saya, ingin memajukan tanggal pernikahan." Alfi lega karena berhasil menyelesaikan kalimatnya.
Jujur dia cemas dan sedikit gemetar. Mendadak mengubah tanggal pernikahan ketika persiapan sedang dilakukan, itu sedikit beresiko. Bisa saja orangtua Ifa tidak senang dengan idenya. Tapi dia siap dengan semua konsekuensinya. Kalau ayah Ifa menolak, dia akan menyampaikan alasan kenapa dia ingin secepatnya menikah.
Pak Imran menatap Alfi dengan kening berkerut. lalu, dia berpandangan dengan istrinya.
"Kalo saya boleh tau, apa alasannya ya, Al?"
Alfi berdehem. Dia melirik Danil. Ruang tamu itu cukup sepi selama beberapa saat. Hanya suara jangkrik yang terdengar nyaring.
"Saya minta maaf, Pak, ini memang tidak biasa. Tapi saya dan Ifa ... kami saling cinta dan saya ingin secepatnya menikah untuk menghindari fitnah. Dan ... juga hal yang tidak diinginkan," ucap Alfi.
"Sebenarnya dari awal saya nggak ingin Alfi dan Ifa berlama-lama. Kalo perlu, akad nikah seharusnya dilakukan setelah lamaran itu."
Alfi langsung mendongak, terperangah dengan respons Pak Imran. Dia tidak menyangka semuanya akan semudah ini. Dia melirik Danil yang tersenyum tipis.
"Alfi kan duda, dan Ifa juga janda. Kalo kalian terlalu sering berdua pasti jadi fitnah. Saya nggak nuduh Alfi dan Ifa berbuat yang nggak-nggak, saya percaya kalian berdua bisa jaga diri. Masalahnya syetan itu tipu dayanya macem-macem."
"Jadi, Bapak setuju kalo akad nikah dipercepat?" tanya Alfi lagi.
Pak Imran menatap istrinya, lalu mengangguk mantap.
"Alhamdulillah," kata Alfi. Wajah murungnya sudah hilang tidak berbekas.
"Kapan rencananya, Al?"
"Kalo ... 2 minggu lagi bagaimana, Pak?" tanya Alfi ragu. Dia masih khawatir waktu yang diajukannya terlalu cepat dan akan merepotkan.
"Saya setuju, dokumen untuk akad nikah besok sudah selesai. Masalah penghulu gampang, biar saya yang ngurus," kata Pak Imran dengan entengnya.
"Terima kasih, Pak. Kalo gitu saya pamit dulu," kata Alfi.
"Mulai sekarang jangan panggil 'pak', panggil saja 'ayah'. Kita kan mau jadi keluarga." Pak Imran menepuk pundak Alfi.
Lelaki jangkung itu tersenyum lebar. Rasanya semua beban dan kekhawatiran yang menghimpitnya mendadak lenyap tidak berbekas malam ini.
@@@
Alfi turun dari mobilnya setelah memarkir dengan rapi. Dia memasuki apotek miliknya dengan langkah ringan. Lelaki itu akhir-akhir ini banyak tersenyum, karena pernikahannya dengan Ifa akan berlangsung 2 hari lagi. Sore ini dia mampir ke apotek karena Hasti memintanya membelikan obat untuk darah tingginya.
"Sore, dok," sapa Riko, pegawainya.
"Sore, Rik tolong dong obat darah tingginya Mama. Ini resepnya." Kata Alfi.
"Siap, dok, ditunggu sebentar ya biar dikerjakan Ima."
Riko berlalu sementara Alfi memilih duduk di tempat menunggu. Tangannya mulai memainkan ponsel, seperti biasa dia mengecek pekerjaan dan mengajak Ifa chatting.
Hari ini adalah hari terakhir Alfi masuk kerja, besok dia sudah cuti sampai satu minggu. Setelah ini dia akan beristirahat. Persiapan untuk akad nikah sudah rampung, WO yang menangani mengabari Alfi tadi siang.
Lelaki itu mulai tenang. Tapi tidak putus berdoa untuk akad nikahnya. Bisa saja Naira lagi-lagi bertingkah dan mengganggunya. Yang lebih membuat Alfi emosi adalah jika Naira mengganggu Ifa.
![](https://img.wattpad.com/cover/251499804-288-k664100.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...