33 Tanda Bahaya

1.3K 159 12
                                    

Bismillah,

"Ngeliatin apaan sih, Er? Sampe senyum-senyum gitu?" tanya Naira.

Perempuan dengan midi dress berwarna biru muda itu terheran-heran. Naira melenggang ke kursinya, menenteng hand bag merk ternama yang terlihat sama mahal dengan dress yang dikenakannya.

Sembari menghempaskan tubuh rampingnya ke kursi, Naira ikut membuka ponsel. Ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Yoga. Mengingat tunangannya, Naira tersenyum miring. Mereka akhirnya kembali bersama. Dia teringat bagaimana Yoga dengan patuh menerima semua persyaratan yang diinginkan Naira.

Naira tidak ingin Yoga terlihat bersama perempuan lain, siapa pun perempuan itu. Dia juga menegaskan kapan mereka bisa bertemu. Waktu bertemu harus dengan persetujuan Naira. Perempuan itu tidak ingin Yoga memergokinya ketika dia sedang mengikuti Alfi. Atau ketika dia sedang asyik clubbing.

Naira mendesah teringat mantan suaminya. Alfi terlihat lebih matang, apalagi dengan rambut dicat cokelat dan kulitnya yang sepertinya terbakar matahari. Untuk Naira itu sangat seksi. Ditambah lagi sikap Alfi yang menghindar, ini menjadi semakin menantang. Naira sedikit menyesal karena dulu tidak pernah menemukan sisi Alfi yang terlihat jantan seperti saat ini.

Erra tiba-tiba tertawa nyaring memecahkan kesunyian ruangan mereka. Naira langsung mendongak,  menatap temannya dengan penasaran.

"Kamu dari tadi liat apa, sih, Er? Aku nanya dari tadi, tapi kamu kayanya lagi asyik banget," sindir Naira.

Erra bangkit, berjalan ke arah Naira dengan senyum lebar. "Nai, kamu pasti nggak nyangka, nih liat," kata Erra.

"Ap-." Kalimat Naira langsung menggantung, terpotong begitu saja. Dia melihat Alfi memberikan buket mawar pada perempuan bergaun navy. Lalu lelaki itu salah tingkah dan ada suara sorakan. Video selanjutnya semakin membuat Naira geram, mantan suaminya itu menyanyikan satu lagu untuk perempuan berwajah manis itu.

"Ini ... Mas Alfi?!" desis Naira.

"Iya, mantan kamu, Nai. Akhirnya, Alfi menemukan belahan jiwanya, bener-bener sweet loh, Nai, liat deh sampe abis. Ini si Danil posting 3 video, aku heran loh liat Alfi bisa romantis gitu. Dia kan pemalu banget," ucap Erra. Dia tidak melihat perubahan wajah Naira.

"Calonnya manis, ya, Nai, ini ditag juga sama Danil. Namanya Ifa Aulia. Aku liat akunnya, kayanya sederhana dan kalem. Ck, pantesan Alfi langsung jatuh hati," Erra masih menyerocos.

Naira meraih ponselnya. "Siapa nama calonnya?" tanyanya.

"Ifa Aulia, mau ngapain, Nai? Jangan bilang kamu cemburu ya?! Kamu tuh mestinya ikut seneng Alfi udah move on, toh kamu juga udah tunangan sama Yoga," ucap Erra.

"Siapa yang cemburu sih?! Ngaco, aku nggak mungkin cinta sama orang kaya Mas Alfi."

Erra berdecak mendengar kalimat Naira. Dia tahu benar bagaimana dulu Naira tergila-gila pada Alfi sejak mereka masih koas. Erra kembali ke kursinya, sesekali matanya melirik Naira. Dia menyadari satu kesalahan, seharusnya dia tidak menunjukkan unggahan Danil pada Naira.

Sedangkan di mejanya, Naira sudah membuka akun instagram Ifa. Dia menelusuri unggahan Ifa, yang sebagian besar tentang pekerjaan dan anaknya. Hanya ada 2 foto Ifa di situ, itu pun tidak sendirian. Naira semakin geram, Ifa memang manis dan terlihat seperti perempuan baik-baik. Dia ingat kalau Ifa lah yang bersama Alfi di kedai es krim itu.

Jari Naira membuka satu persatu postingan Ifa. Dia menemukan foto Fatih di sekolah, lagi-lagi Naira geram. Dia menemukan satu lagi poin kekurangannya di mata Alfi, dia tidak punya anak dan tidak menginginkannya. Sedangkan perempuan yang sedang dipandanginya ini memiliki seorang anak yang lucu. Alfi pasti semakin tergila-gila, pikir Naira. Dia tidak sadar tangannya sudah mencengkram pegangan kursi, dan rahangnya mengatup erat.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang