Bismillah,
"Mas Alfi."
Wajah Alfi membesi. Melihat Naira lagi setelah beberapa tahun berlalu. sakit itu terasa lagi. Kesenangan yang baru saja dirasanya mendadak menguap. Dia membuang muka.
"Apa kabar, Mas?" Naira masih berusaha, dia berdiri tidak jauh dari Alfi yang sedang menggendong Fariz. Wajahnya sendu.
Senyum sinis Alfi terbit. "Menurut kamu?! Hidup saya jauh lebih baik tanpa kamu."
Naira bergerak gelisah. Dia sudah menduga Alfi tidak akan senang melihatnya. Tapi reaksi Alfi yang penuh permusuhan di luar dugaannya. Naira mengira lelaki itu akan luluh setelah beberapa tahun berlalu.
Di sisi lain resto, Ifa mengerutkan kening. Dia melihat seorang perempuan menghampiri Alfi, dan suaminya terlihat tidak senang. Ifa menelusuri ingatannya, dia merasa pernah melihat perempuan itu. Tapi di mana?
Ifa berjalan perlahan, mendekati meja tempat Alfi dan dua anaknya berada. Tangannya yang memegang secangkir kopi terasa dingin.
"Ya, aku bisa liat itu. Aku ... cuma mau minta maaf, Mas. Aku dan Yoga seneng kalo Mas Alfi bahagia," ucap Naira perlahan. Tangannya mencengkram erat.
Alfi tersenyum menyindir. "Kamu seneng liat orang seneng?! Apa aku nggak salah denger? Kamu sama Yoga tuh sama aja. Kalian kalo nggak nyusahin orang lain kayanya nggak puas, iya kan?! Aku dan keluargaku belum lupa apa yang udah kamu dan Yoga lakukan. Kalian pengacau!"
Ifa yang sudah berdiri cukup dekat, merasa bingung dengan ucapan si perempuan. Kenapa perempuan cantik ini seakan memohon pada suaminya. Dipandangnya Alfi yang terlihat sangat marah. Ifa bahkan bergidik melihat raut wajah suaminya yang seakan muak melihat perempuan bergaun bunga-bunga itu.
Sedangkan Naira terkesiap mendengar ucapan Alfi. Otaknya merangkai kalimat baru yang mungkin dapat melunakkan hati Alfi.
"Kalo kamu lupa, saya ingatkan lagi. Saya sudah bilang nggak akan bisa maafin kamu dan Yoga. Jadi, kalian berdua nggak perlu repot-repot." Alfi berkata lagi dengan geram. Membuat Naira semakin kehilangan ide untuk menjawab.
Sekarang Ifa tertegun. Melihat Alfi dipenuhi kemarahan seperti sekarang memang tidak biasa. Suaminya itu penyabar dan jarang marah. Dengan lambat Ifa mendekat, lalu meletakkan cangkir di meja. Suasana tidak nyaman langsung terasa.
"Maaf, Mas. Ini ... kopinya," bisik Ifa.
Naira langsung berpaling, menatap Ifa dan memindainya cepat.
Jadi perempuan ini yang diam-diam jadi selingkuhan Mas Alfi. Bener-bener nggak selevel sama aku! Kok bisa Mas Alfi cinta sama perempuan ini?! Apa sih bagusnya dia?!
Bisikan dalam hati Naira membuat rahangnya mengatup. Tapi perempuan itu sebisa mungkin memasang wajah sedih.
Alfi mengerling Ifa yang menatapnya dengan tanya. Lelaki itu memberi isyarat pada Ifa untuk mendekat. Ifa langsung menghampiri suaminya, lalu mengambil Fariz yang merengek.
Sunyi. Ifa menatap Naira yang balas menatapnya dengan mengiba. Sedangkan Alfi meraih Fatih dalam gendongannya.
"Mas, ini ... siapa?" tanya Ifa dengan lirih.
"Nggak penting, ayo pergi!" Alfi menggerakkan dagunya. Tapi Ifa masih tertegun.
"Seb- sebentar, Mbak. Saya Naira, saya cuma mau nemuin Mas Alfi untuk minta maaf," kata Naira. Dia melihat kesempatan untuk mengenal Ifa dan memperdayanya.
"Naira?!" Mulut Ifa membuka. Nama itu dikenalnya. Dan Ifa langsung menyadari kenapa Alfi terlihat kesal setengah mati. Jadi ini semua karena mantan istrinya tiba-tiba muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomantizmKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...