Bismillah,
Ifa mengikuti langkah Alfi dengan hati berdebar gugup. Kata-kata Alfi masih terngiang jelas di telinganya. Ifa menggigit bibirnya, kedua tangannya yang saling meremas terasa dingin. Dia sudah lama sendiri, menghindari banyak pdkt dari laki-laki yang tertarik padanya. Ifa juga sudah lama tidak mendengar jantungnya berdebar seramai ini. Selama ini dia memasang pertahanan yang sangat ketat pada sinyal-sinyal cinta dari lawan jenis. Dan hari ini, pertahanan itu jebol. Kalimat Alfi tadi sangat mempengaruhi jantungnya.
Ifa memindai lorong tempat mereka berdua berjalan, nyaris beriringan. Mata beberapa perawat yang keliatannya mengenal Alfi, menatap mereka berdua. Beberapa tersenyum penuh arti dan berbisik-bisik, mungkin mengira Alfi sudah menemukan tambatan hati yang baru. Ifa menjadi grogi
"Mas," panggil Ifa. Dia tidak punya ide bagaimana caranya membuat Alfi berhenti berjalan, dan memisahkan diri. Ifa sedikit kikuk melihat tatapan ingin tahu beberapa orang yang mereka lewati. Sedangkan Alfi terlihat santai bahkan beberapa kali membalas sapaan perawat dan karyawan rumah sakit.
"Iya, kenapa?" Alfi berhenti berjalan, menoleh pada Ifa yang pipinya suda merona.
"Ada apa? Kamu ketinggalan sesuatu?" tanya Alfi. Dia menatap Ifa dengan alis bertaut.
"Bu-bukan, ehm ... saya, jalan sendiri aja ya," pinta Ifa sambil menunduk, menghindari tatapan Alfi.
Alfi sepertinya baru menyadari kalau mereka berdua berjalan cukup dekat. Dia terlalu senang bisa menyelamatkan Ifa dari 'gangguan' Aqif, sehingga tidak menyadari tatapan ingin tahu beberapa orang yang sejak tadi ditujukan padanya dan Ifa. Sebagai dokter yang cukup dikenal sekaligus duda fresh, kemunculan Alfi bersama seorang perempuan pastilah mengundang penasaran.
"Mau jalan sendiri?" Alfi sedikit gugup, dia cemas Ifa tidak suka dengan apa yang dilakukannya tadi.
"Maksud saya, saya jalan duluan aja, Mas."
"Emang kenapa? Ada yang salah ya?"
"Kita ... diliatin banyak orang, Mas, saya nggak enak."
Alfi langsung celingukan begitu mendengar jawaban Ifa. Dua orang perawat yang dikenalnya kebetulan lewat sambil tersenyum dan bercie-cie menggoda Alfi. Alfi langsung salah tingkah. Kenapa dia tidak menyadari kalau sejak tadi sudah menjadi pusat perhatian? Lelaki itu mengusap tengkuknya salah tingkah.
"Sorry, sorry, saya nggak tau kalo kita jadi perhatian."
"Nggak papa, Mas. Btw makasih sudah bantu saya kabur dari Aqif," cicit Ifa. Dia tak bisa menahan tawa lirihnya teringat adegan 'kabur' dari Aqif tadi. Juga pengakuan Alfi tentang 'calon suami', benar-benar membuat Ifa blushing.
Alfi tersenyum lebar. Lega mendengar kalimat Ifa, tadinya dia sedikit khawatir Ifa akan marah atau tidak suka dengan aksi sok pahlawannya. Seperti biasa, bertingkah romantis sama sekali bukan keahlian Alfi.
"Kamu nggak marah, kan, Fa?"
"Marah kenapa, Mas?"
"Ya ... siapa tau kamu pengen pulang sama laki-laki itu. Gara-gara saya, kencan kalian gagal."
"Ih siapa juga yang mau pulang sama dia, saya juga nggak ada janji kencan sama dia kok. Beneran, kalo Mas Alfi nggak percaya tanya sama Ella."
"Iya, iya, percaya, kok jadi grogi gitu sih?" Alfi menyembunyikan senyumnya, dia suka melihat Ifa gugup ketika dia tadi bertanya tentang Aqif. Perempuan itu terlihat berusaha keras menjelaskan.
"Ehm, kalo nggak ada janji sama dia, gimana kalo ... pergi sama saya aja?"
Ifa mendongak, menatap Alfi tidak percaya. Rasanya dia baru mendengar Alfi mengajaknya pergi, atau dia salah mengartikan? Ifa mengira tindakan Alfi di depan Aqif tadi hanyalah sandiwara untuk menyelamatkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/251499804-288-k664100.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...