22 Alfi VS Abi

1.7K 174 26
                                    

Bismillah,

"Jawab, Nai, apa kamu masih cinta sama Alfi?" Yoga memutar tubuhnya, menghadap Naira yang membuang muka.

Jalanan lengang dan barisan rapi pepohonan yang teduh di luar mobil yang mereka tumpangi, sama sekali tidak terasa. Ketegangan antara Yoga dan Naira menguar kuat, membuat keduanya sesak. Naira sesak karena pertarungan di dalam dirinya yang dipicu oleh pertanyaan Yoga. Sedangkan Yoga menahan cemburu dan sangat ingin tahu jawaban apa yang akan diberikan Naira.

"Diam artinya iya, Nai," desah Yoga kecewa. Sekarang kepalanya terkulai, menunduk dalam.

"Kamu nggak bisa menyimpulkan sendiri, Ga, dan jangan pernah coba-coba menguji aku dengan pertanyaan kaya gitu. Aku nggak suka!"

"Terserah kamu, Nai, tapi ... aku mau pernikahan kita ditunda." Yoga mengarahkan sepasang matanya yang sendu ke jalanan yang masih lengang di depannya.

"Apa?!" Naira mendadak pucat.

"Maksud kamu apa sih, Ga?!"

"Aku mau pernikahan ditunda, apa itu nggak jelas?"

"Tapi kenapa?" sembur Naira.

"Aku mau meyakinkan diriku, kalo keputusan untuk nikah sama kamu ini memang benar."

Naira sekarang menghadap Yoga, mencengkram lengan lelaki yang terlihat enggan merespon reaksinya. "Kamu nggak bisa bikin keputusan sepihak gini, Ga, laki-laki nggak boleh menjilat ludahnya sendiri," geram Nai.

Perempuan itu mendadak ketakutan dengan kalimat Yoga. Bayangan tentang reaksi keluarga dan teman-temannya karena pernikahan mereka ditunda terasa mengintimidasi. Dia pasti akan sangat malu, karena dua kali dicampakkan lelaki. Dan kedua lelaki itu memiliki hubungan darah.

"Kenapa? Apa kamu mau juga mau bilang kalo Alfi nggak pernah menjilat ludahnya sendiri?! Dia lelaki sejati, yang selalu nurutin kemauan kamu, bahkan yang paling nggak masuk akal sekali pun!"

"Cukup, Ga!" Naira memukul dashboard sekuat tenaga. Napasnya tersengal, dan dengan susah payah dia mengendalikan diri secepat mungkin. Naira sadar jika dia bereaksi berlebihan, Yoga juga akan membalas dengan lebih marah. Dia harus mengingat baik-baik, kalau Yoga bukan Alfi. dan Naira baru saja memahami itu sekarang.

"Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk bicara, aku mau pulang," kata Naira lirih. Napasnya masih tersengal, dia melirik Yoga yang bergeming.

"Ya, kita butuh 'istirahat', we need to take a break, aku mau nenangin diri, Nai."

Naira semakin memelotot mendengar kalimat Yoga. "Aku nggak mau kita putus," sergahnya.

"Aku nggak bilang putus, kita cuma perlu taking a break, pernikahan ditunda, sampai ... nggak tahu kapan."

Bibir Naira bergerak, tapi tidak ada kata yang bisa diucapnya. Padahal, dia ingin sekali memaksa Yoga menarik kata-katanya. Ditunda itu terdengar menyeramkan untuk Naira. Sayangnya, lelaki itu mengabaikan respons Naira. Dia malah menyalakan mesin dan melajukan lagi mobilnya. Makan malam romantis itu tidak terjadi, mereka melewatkan sisa waktu dalam diam yang terasa mengiris.

******

Setelah mengantar Naira pulang, Yoga melarikan mobilnya kembali ke kantor. Dia sempat berpikir untuk pulang, tapi berkonflik dengan Mamanya adalah hal terakhir yang diinginkannya sekarang. Sesungguhnya Yoga merasa sangat tertekan, obrolan biasa dengan Mamanya selalu berakhir dengan perdebatan tentang hubungannya dengan Naira. Mama yang biasanya selalu mendukungnya, sekarang berbalik menentang. Belum lagi sikap canggung dan penuh permusuhan yang seringkali ditunjukkan adiknya. Yoga merasa tidak punya siapa-siapa.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang