Bismillah,
Naira mengetuk-ngetukkan jarinya di kemudi. Sudah setengah jam dia menunggu di parkiran, cuaca cukup panas sehingga perempuan itu memilih tetap menyalakan mesin. Beberapa hari ini pikirannya penuh, terganggu dengan ucapan Alfi tentang seseorang yang hadir dalam hidup mantan suaminya itu. Naira geram mendengarnya. Dia harus mencari tahu siapa perempuan yang sudah lancang mencuri hati Alfi.
Gawainya berdering. Nama Yoga muncul menghiasi layar, Naira merengut. Dia sudah beberapa hari menghindari tunangannya. Tiap kali bayangan Yoga menggandeng perempuan muncul di kepalanya, Naira merasa muak. Bisa-bisanya dia melepas Alfi dan memilih laki-laki tidak setia seperti Yoga.
Naira membiarkan gawainya menjerit ribut. Dia malah memandang benda itu dengan sebal. Jika saja dia tidak ingat kalau benda itu baru seminggu dibelinya, sudah habis gawai itu dilempar.
[Nai, sampai kapan kamu mau ngambek kaya gini?]
Satu pesan muncul, membuat Naira tersenyum sinis.
"Ngambek katanya? Dia belum tau siapa aku, bisa-bisanya main belakang sama perempuan murahan kaya gitu," kata Naira pada dirinya sendiri.
[Naira, kamu harus berhenti gangguin Alfi. Pikirin hubungan kita!] Pesan dari Yoga muncul lagi.
Naira tidak dapat lagi menahan dirinya. Dengan jemari lentiknya, dia mengetik balasan.
[Kamu yang duluan minta break, trus enak-enakan jalan sama perempuan lain! Kamu yang nggak setia, Ga. Jadi jangan nuntut aku untuk setia!]
Tidak ada balasan dari Yoga. Tapi gawai Naira berdering, dan perempuan itu langsung mereject panggilan. Dengan kesal dia menyurukkan gawai ke dalam tas shoppernya. Naira menghempaskan punggungnya ke jok dengan keras. Yoga membuatnya senewen.
Lalu mata Naira membulat dan bersinar cerah. Senyumnya terbit. Dengan cepat dia menundukkan spion, merapikan rambut dan memeriksa riasannya. Alfi baru saja berjalan mendekati mobilnya. Lelaki itu tersenyum-senyum sendiri sambil sesekali menatap gawainya. Naira mendengkus sebal.
"Mas, aku udah nungguin kamu dari tadi," kata Naira. Dia menatap tajam Alfi, dengan dua tangan dilipat di depan dada.
Alfi hanya mendongak sebentar, lalu matanya kembali menatap gawai. Dia sedang berbalas pesan dengan Ifa. Ini hari jumat, dan dia sudah berjanji akan mengantar Ifa konsul ke dokter Arif.
Naira merasa emosinya naik melihat Alfi mengabaikannya. Lelaki itu malah dengan santai membuka pintu mobil dan meletakkan tasnya. Lalu masuk dan menyalakan mesin sembari masih sibuk dengan gawainya.
Dengan dada yang terasa sesak, Naira mendekat. Kaca mobil Alfi dibuka separuh. Itu kesempatan untuk Naira, dengan kasar dia mengulurkan tangan dan merebut gawai Alfi.
"Setengah jam aku nungguin kamu di sini, tapi kamu malah sibuk sama hape!"
Alfi membuang napas, tersenyum miring sebelum mematikan mesin mobil. Dengan letih dia keluar dari mobil. Tangannya merampas lagi gawai yang dicengkram Naira.
"Pergi jauh-jauh dari hidup saya, Nai!" geramnya. Lelaki itu langsung berbalik, kembali ke mobilnya.
Naira belum mau mengalah. Dia mendekat lagi, kali ini merebut kunci mobil Alfi. "Kamu nggak akan bisa ngusir aku dari hidup kamu. Nggak semudah itu!" jeritnya.
"Kamu juga nggak akan bisa ganggu hidup saya! Nggak semudah itu!" balas Alfi. Dia menarik paksa kunci mobilnya. Dengan gerakan cepat, lelaki itu menyalakan mesin dan segera berlalu. Dia tidak akan membiarkan Naira merusak apa pun lagi dalam hidupnya.
@@@
Naira menggeram marah, menghentakkan kakinya dan memukul mobilnya. Bagaimana dia bisa lupa kalau Alfi tidak mudah ditaklukan. Dia sudah repot-repot datang dan merendahkan diri, tapi Alfi sepertinya hanya menganggapnya gangguan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...