Bismillah,
"Kamu lagi kurang vitamin ya, Nda?" bisik Azwar sambil merengkuh jemari Amanda.
Amanda menatapnya dengan kening berkerut. " Kok bisa bilang gitu? Mentang-mentang dokter, nih," cebik Amanda.
"Iya, dari sinar matamu aku bisa tau, you are suffering from a lack of vitamin ME."
Amanda tertawa lirih, Azwar selalu bisa membuatnya tersenyum dalam keadaan apa pun. Lelaki di depannya ini kadang bersikap konyol dan berusaha mencari candaan dengan serius, hanya demi melihat senyumnya. Amanda tahu, Azwar adalah mantan playboy. Merayu dan menggombal bukan hal sulit untuknya. Tapi tetap saja Amanda terhibur, dan semakin mencintai lelaki itu.
"Coba kamu hitung, udah berapa hari kita nggak ketemu, Nda?"
"Nggak usah dihitung, Kak, pokoknya udah lama."
"Makanya aku sampe kurus gini, mikirin kamu kali, Nda."
Amanda tergelak lagi. "Nggak ketemu tapi kan tiap hari teleponan, wassapan, video call-an juga."
"Iya video call tapi sembunyi-sembunyi, di toilet, di rumah kalo semua orang udah pada tidur, belum lagi kamu ngasi nomerku nama Distributor Pastry, kejem kamu, Nda. Nggak tau aku mati-matian menahan rindu." Azwar mengomel dengan mimik wajah lucu. Membuat Amanda tak bisa berhenti tertawa.
"Nda, gimana kelanjutan kita?" Azwar bertanya setelah tawa Amanda mereda.
Ekspresi wajah gadis itu langsung berubah. Keningnya berlipat, dia bukan hanya balas menggenggam tangan Azwar tapi mencengkramnya. Buku-buku jarinya memutih, dan gadis itu beberapa kali membasahi bibirnya. Tenggorokannya pun tercekat, pertanyaan Azwar membuatnya sedih.
"Kak," panggil Amanda.
"Apa? kamu mau cerita apa?"
"2 minggu lagi ... Mas Yoga dan Mbak Nai mau merayakan pertunangan."
"Bagus, Yoga memang bener-bener tahu caranya membuat perang semakin berkobar. Dia nggak mikir apa tindakan dungunya itu bikin kita terpojok! Emang Mbak Nai sudah habis masa iddahnya?!" Azwar mendengkus.
Lelaki itu membuang muka, tapi tangannya masih memegang tangan Amanda. Mereka berdua diam, sama-sama merasa canggung. Pikiran Azwar malah mengingat tentang kebersamaannya dengan Amanda sebelum Yoga dan Naira menghancurkan semua. Dia ingat, sering menunggu Amanda di depan kafe tempatnya bekerja. Gadis lulusan ilmu komunikasi itu memang bekerja sebagai manager beberapa kafe. Dan Azwar tidak perlu celingukan seperti sekarang ketika dia dan Amanda bertemu untuk sekadar makan siang atau malam mingguan. Mereka berdua tidak perlu takut Sarah atau Alfi memergoki.
Dengan situasi rumit seperti sekarang, Azwar merasa seperti penjahat yang harus mengendap-ngendap untuk menemui perempuan yang dicintainya. Mereka tidak bisa sering bertemu, khawatir ada seseorang yang melihat lalu melapor pada Mama, Alfi atau Sarah. Itu bisa memicu kejadian tidak enak lain. Sekarang ini mereka sepakat membatasi pertemuan. Dalam seminggu mereka hanya bertemu 2 kali, dan frekuensi menelepon pun juga dibatasi. Mereka sangat berhati-hati untuk tidak semakin menenggelamkan masa depan hubungan cinta ini.
"Maaf, Kak, aku juga nggak tau gimana caranya ngasih tau Mama."
"Kalo kamu aja bingung apalagi aku, Nda. Kamu nggak tau sepulang dari Bali Mama Hasti bad mood terus, aku nggak tau dia kenapa tepatnya. Tapi tiap kali ngeliatin Mas Alfi matanya berkaca-kaca."
Amanda diam, gadis itu menggigit bibirnya. Rasa bersalahnya semakin besar, apalagi bayangan Mama Hasti dan Mama Wid mengisi benaknya. Dia pun tahu Mama Wid tidak baik-baik saja, beberapa kali perempuan 55 tahun itu terlibat perdebatan dengan Yoga. Walaupun Amanda tidak tahu pasti apa yang mereka perdebatkan, tapi pasti seputar hubungan Yoga dengan Naira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...