Bismillah,
Ifa membuka pintu mobil, menghempaskan tubuhnya dengan kasar dan napas tersengal. Dibantingnya pintu mobil dengan keras. Dia duduk dan bersedekap. Ella yang tadinya memainkan gawai, langsung memutar leher menatap Ifa dengan tanda tanya. Sepupunya ini baru lima menit yang lalu masuk ke toko, katanya hendak memesan kue untuk Alfi. Tapi kenapa kembali begitu cepat? Dengan wajah ditekuk pula.
"Loh, kok cepet banget, Fa?" tanya Ella.
Ifa menggeleng. Dia menggigit jarinya dengan bibir sedikit gemetar.
"Ada apa sih? Tadi kamu seneng banget pas minta dianter, kok sekarang cemberut?"
"Aku nggak jadi pesen kue di sini, El," jawab Ifa.
Ella semakin bingung. Ada apa dengan sepupunya yang lembut ini? Moodnya berubah dengan cepat. Ifa sudah bercerita tentang lamaran dan pesan WA yang dikirimkan Alfi. Ifa sudah punya jawaban, tapi bingung bagaimana cara menyampaikan. Tidak mungkin dia menjawab lewat WA. Lamaran Alfi sangat spesial untuknya.
"Kuenya nggak ada? Atau gimana? Aku nggak ngerti, Fa, cerita dong," kata Ella frustasi.
"Udah kita jalan dulu, yuk," ajak Ifa dengan wajah memelas.
Ella menghembuskan napasnya, dengan berat dia mengangguk. Tak lama kemudian mobilnya sudah melaju di jalanan yang ramai. Sepanjang perjalanan keduanya tidak bersuara. Ella sengaja tidak mendesak Ifa untuk bercerita, dia akan menunggu sampai Ifa tenang dan siap bercerita.
Gawai Ella tiba-tiba berdering, perempuan berjilbab itu menepikan mobilnya. Berbicara dengan seseorang selama beberapa saat. Ifa hanya meliriknya, membiarkan Ella selesai bicara. Tak lama percakapan telepon itu selesai.
"Fa, aku harus mampir dulu ke toko kain, nih. Ada bahan untuk seragam kantor yang harus diambil. Kamu ikut dulu gapapa, kan?" tanya Ella. Tangannya sudah sibuk memutar setir.
"Gapapa, ehm btw habis itu bisa berhenti di mini market nggak? Aku mau beli yougurtnya Fatih," balas Ifa.
Ella mengangguk dan tersenyum tipis. Dia sengaja membawa Ifa berputar-putar. Sebagai sepupu sekaligus sahabat, Ella sangat mengenal Ifa. Perempuan itu lembut dan pandai mengendalikan emosi. Ella tahu Ifa tidak akan bercerita kalau dia belum tenang. Dengan membawa Ifa berkeliling, Ella mencoba menenangkan sepupunya.
Mobil hatchback keluaran Jepang itu pun melaju menuju toko kain. Jalanan di area toko kain sangat padat, Ella mengajak Ifa turun. Perempuan berwajah kalem itu terlihat enggan, tapi Ella memaksanya. Dia tahu toko ini bisa sejenak mengalihkan pikiran sepupunya. Melihat berbagai macam bahan untuk membuat pakaian dan pernak perniknya bisa sangat menghibur untuk kebanyakan perempuan. Dan Ifa salah satunya, karena perempuan itu menyukai menjahit dan mendesain pakaian.
Di dalam toko, Ella langsung menuju kasir dan mengambil pesanan. Dia membiarkan Ifa berkeliling melihat kain. Sambil tersenyum, Ella mengamati Ifa yang kelihatannya mulai terhibur. Perempuan itu sedang meraba kain rayon viscose dan berbicara dengan pegawai.
"Fa, yuk cabut. Aku sudah selesai. kamu masih mau liat-liat?" tanya Ella, perempuan itu sudah berdiri di belakang Ifa.
"Nggak kok, aku ntar sabtu ke sini lagi. mau browsing model yang pas, baru beli kainnya," kata Ifa.
Mereka pun keluar dari toko kain dan meluncur lagi di jalanan yang mulai sesak. Pada jam pulang kantor beberapa ruas jalan utama memang padat. Mereka sampai di mini market di dekat day care Fatih. Ifa sudah selesai membeli yougurt, dia mencari-cari Ella. Ternyata sepupunya itu sudah duduk di teras mini market.
Ella melambai dan Ifa menghampirinya.
"Fa, aku mau ngopi bentar ya, Fatih dijemput jam berapa?" tanya Ella. Tangannya sudah memegang secangkir kopi dari mini market.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...