45 Blur

1.2K 155 20
                                    

Bismillah,

Flashback

"Nda, aku nggak bisa lagi nyembunyiin tentang kita. Aku yakin Mas Yoga bakal tau." Azwar membuka percakapan.

Amanda menghembuskan napas berat. Diaduknya pangsit mie di mangkuk. Selera makannya sudah hilang karena percakapan ini.

"Tapi, aku takut, Kak. Gimana kalo tanggapan Mama Hasti nggak seperti Mama. Aku nggak peduli dengan Mas Yoga, dia emang waliku. Tapi aku lebih khawatir sama Mama Hasti."

Azwar menunduk. Sekarang tangannya ikut mengaduk-aduk mie, tanpa berniat memakannya. Dia sudah bicara dengan Alfi beberapa hari yang lalu. Kakaknya meyakinkan Azwar untuk segera berbicara dengan Hasti.

"Kalo kita mundur terus, kapan majunya, Nda? Keadaan kaya gini tuh belum pasti sampe kapan. Kamu mau kita nunggu sampe kapan?"

Amanda terlihat berpikir. Azwar benar, perang dingin antara Mamanya dan Mama Hasti belum menunjukkan tanda akan berakhir. Sedangkan mereka belum berani melangkah. Widati sudah memberi restu. Tapi entah dengan Yoga dan Hasti.

Belum lagi pikiran tentang wali nikah. Mereka berdua tahu kalau sebagai kakak, Yoga yang berhak menikahkan Amanda. Dan jika hubungan mereka terbuka, Azwar yakin Yoga tidak akan mau mengambil peran itu.

Yang tidak diketahui Amanda, Azwar sudah memiliki solusi untuk permasalahan wali nikah.

"Oke, kita nggak usah ngomongin ini dulu. Nanti aku mau bicara lagi sama Mas Alfi. Mbak Ifa juga udah ngasi kode ke Mama. Ya aku nggak tau gimana cara mereka, yang jelas mereka bantu kita." Azwar menenangkan Amanda.

Amanda yang tadi merengut, mencoba tersenyum. Dia berusaha keras membisikkan kata-kata untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Semakin hari hubungan keluarganya dengan keluarga Azwar semakin tidak menentu.

Rencana Yoga untuk segera menikahi Naira sudah didengar hampir seluruh keluarga. Amanda sangat mengerti keresahan ibunya. Mamanya itu tidak mendukung Yoga. Ketika beberapa bulan yang lalu hubungan Yoga dan Naira terlihat renggang, Widati sedikit senang. Perempuan itu menasihati Yoga untuk melepas Naira.

Sayang, Yoga terlalu keras kepala. Percakapan yang tenang itu berakhir dengan perdebatan. Bahkan Amanda ikut merutuk Yoga karena mendebat Mamanya.

"Kapan Mas Yoga mau nikahin Naira?" tanya Azwar.

Amanda mengangkat bahu tak peduli. Dia menghindari topik ini, karena percakapan tentang pernikahan Yoga pasti akan membuat suasana tidak enak.

"Nda, besok kita liat rumahnya ya," kata Azwar. Dia sengaja mengganti topik pembicaraan.

"Rumahnya siapa, Kak?"

"Rumah kita," kata Azwar tersenyum tipis.

Mata Amanda membulat. "Kak Azwar beli rumah?"

Azwar mengangguk, lalu meraih jemari Amanda. "Anggap aja itu harapan, kalo kita akan segera pindah ke sana sebagai suami istri," kata Azwar yakin.

Senyum Amanda terbit. "Ya udah kita ke sana. Besok jam berapa? Aku bisa keluar sore, tapi nggak lama, Kak."

"Besok jam 3 an aja ya, aku jemput kamu di kafe. Nggak bakal lama, paling juga 2 jam kamu udah di kafe lagi," terang Azwar.

Mereka tidak bicara lagi setelahnya. Hanya saling menatap dengan jemari terjalin rapat.

Sore itu perasaan Azwar campur aduk. Alfi mengajaknya berbicara dan memberitahu Mama tentang Amanda. Kakaknya itu juga mengatakan kalau Sarah dan suaminya akan berada di rumah. Itu waktu yang tepat untuk mengabarkan tentang hubungan Azwar dan Amanda.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang