Bismillah,
"Busyet!! Gile, dokter Alfi rambutnya kaya singa!" Danil tergelak. Alfi baru saja memasuki ruangan, ekspresinya datar tanpa senyuman. Dia membiarkan Danil terbahak sampai puas. Sahabatnya itu pasti merasa Alfi lucu dengan warna rambutnya sekarang. Lelaki berkulit cerah itu mengecat rambutnya menjadi berwarna auburn brown di bagian depan, dan bagian belakang dicat lebih gelap. Itu memang tidak terlihat seperti Alfi, tapi lelaki itu memang merasa sedang perlu pelampiasan.
"Al, sejak kapan itu rambut berubah warna gitu?" Danil mendekat, lalu menghempaskan bokongnya ke kursi.
"Bukan urusan kamu."
"Sial, galak amat, sih!? Baru seminggu jadi duda udah kaya singa jantan aja kamu," sindir Danil, laki-laki itu bersungut-sungut.
"Masak iya pas pelantikan kamu mau dateng dengan rambut kaya gitu, itu sama sekali nggak seperti Alfi."
"Bisa diem nggak, Nil? Pusing aku dengerin kamu nyerocos."
"Al, aku kaya gini karena peduli sama kamu, ya ntar lah ganti warna rambut setelah pelantikan."
Alfi berdiri, berjalan ke arah coffee corner di ruangannya. Danil ikut beranjak dan mengekor di belakang Alfi. masih setia mengomeli Alfi tentang warna rambutnya.
"Emang siapa yang mau dilantik?" ketus Alfi, akhirnya dia membuka suara, menjawab pertanyaan Danil.
"Ya kamu lah, Kusuma sebulan lagi berangkat."
"Aku udah nolak jadi kepala IRNA 4," sahut Alfi tenang.
"Apa?! What the ...."
"Jangan misuh, mau aku tonjok?!" Alfi mengancam.
"Al serius kamu nolak? Kenapa sih, Al?! Masak gara-gara Naira-"
"Jangan sebut-sebut nama itu di depanku, Jangan!" Alfi mengacungkan telunjuknya tepat di depan Danil, matanya melotot mengerikan.
Lelaki berambut cokelat itu lalu menjauhi Danil, kembali ke kursinya dan mulai menyalakan laptopnya. Dia membuka email dan mengunduh attachment. Danil lagi-lagi mengikutinya. Dia sangat paham Alfi sedang patah hati, cerita perselingkuhan Naira mulai tersebar. Bukan karena Alfi yang bercerita, tapi ada seorang perawat yang melihat Nai bersama Yoga. Itu terjadi 3 hari setelah perceraian mereka mulai terkuak.
"Al, kamu boleh patah hati, kecewa, galau, tapi jangan begini caranya. Move on man, dunia ini masih luas," bujuk Danil lagi.
"Nggak usah lebay ya, aku kecewa tapi nggak akan patah hati Cuma karena perempuan seperti-"
Alfi tidak melanjutkan kalimatnya, dia menunduk letih. Dia menghindari menyebut nama Naira. Nama itu membuat hatinya berdarah, membuatnya merasa tolol karena mantan istrinya itu sudah menipunya. Tepat di depan matanya.
Danil diam, tangannya bergerak menepuk pundak Alfi yang terkulai.
"Aku mau cuti, Nil. Aku nggak bisa fokus kerja, makanya aku menolak jabatan itu."
Danil menarik napas, menunggu Alfi melanjutkan kalimatnya. Lelaki itu masih diam, memandang laptopnya dengan tatapan kosong. Lalu tangannya mulai membuka website sebuah hotel. Membaca sekilas informasi yang disajikan dan mengklik beberapa kotak.
"Kamu mau ke mana?" tanya Danil lirih.
"Bali, aku butuh waktu untuk sendiri, Nil."
Danil tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya menatap Alfi dengan iba. Dalam hati, lelaki berkulit gelap itu ikut mengutuk Naira. Perempuan itu benar-benar tidak punya hati dan otak karena sudah mengkhianati Alfi.
"*So go, Al, you deserve a getaway," jawab Danil. Dia menepuk lagi pundak Alfi sebelum berlalu.
*Pergilah Al, kamu layak mendapat liburan

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...