Bismillah,
Brak!
Danil yang sedang duduk santai terlonjak kaget mendengar suara bantingan pintu. Lelaki itu menatap heran pada Alfi yang baru saja memasuki ruangan dengan wajah masam.
"Kenapa sih, Al? Jelek banget muka kamu,"
Alfi tidak menjawab, dengan muram dia melangkah menuju kursinya, menghempaskan tubuhnya, lalu memijat pangkal hidungnya. Sejak pagi moodnya sudah jelek, dia baru saja menyelesaikan visite di bangsal dengan beberapa dokter PPDS, dan berakhir marah-marah karena para calon dokter spesialis itu salah memberi penjelasan.
Masih terbayang di benak Alfi, ketika para calon dokter spesialis itu melongo, menatapnya dengan mata membulat penuh. Alfi memang bukan tipe dokter galak, tapi dia pendiam dan tertutup. Marah-marah hanya karena hal kecil sama sekali bukan gayanya.
Flashback on
"Maaf, dok, saya salah ngasi penjelasan, soalnya ini bukan pasien kemarin, dok," kata Andi dengan sedikit salah tingkah.
"Ya mestinya kamu cek dulu dong, jangan asal ngasi saya penjelasan yang nggak diupdate. Kalo saya dapet infonya salah, jawaban saya ke orang lain bisa salah juga. Masak gini aja nggak becus sih,"
Suasana tidak enak langsung menyelimuti saat itu, beberapa perawat di bangsal anak bahkan berbisik-bisik, menggosip tentang Alfi.
"Psst, dokter Alfi biasanya sabar. Tau nggak kenapa hari ini tiba-tiba marah-marah nggak jelas?" Utari berbisik pada Tia, perawat di bangsal anak.
"Nggak tau, Ut, emang dokter Alfi nggak seperti biasanya sih. Biasanya kalo salah, dia menjelaskan dan ngasi waktu PPDS untuk baca arsip lagi,"
"Kabarnya, dokter Alfi lagi galau, gara-gara pisah rumah sama istrinya, Ti,"
Tia yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya. "Jangan gosip, Ut, kalo kedengeran dokter Alfi nggak enak, loh,"
"Ehem, Mbak Utari, saya minta arsip pasien baru,"
Utari dan Tia langsung melompat kaget, karena Alfi sudah berdiri di dekat mereka. Laki-laki itu kelihatannya mendengar pembicaraan kedua perawat bangsal anak itu.
"Eh iya, dok, sebentar," kata Utari yang kemudian melipir pergi.
Flashback off
"Al, ditanyain diem aja sih?! Kamu belum makan ya? Kenapa mukanya ditekuk gitu sih?!"
Danil membuyarkan lamunan Alfi tentang kejadian di bangsal anak tadi, dia merasa benaknya begitu lelah. Sejak pagi lelaki itu memikirkan masalah rumah tangganya dengan Nai yang seperti terombang-ambing di tengah lautan yang sedang menggila. Sudah 2 minggu komunikasi mereka dingin, pesan teks yang dikirimkan Alfi pada istrinya hanya dijawab pendek. Dan pagi tadi Alfi akhirnya menelepon Nai, mengajaknya bertemu. Dia begitu berharap Nai akan mengiyakan, tapi harapannya tidak terkabul. Perempuan itu terdengar malas menanggapi Alfi, dan lagi-lagi menolak ajakannya untuk bertemu.
Tok tok
Mbak Tuti pegawai administrasi bagian anak memasuki ruangan.
"Siang, dok."
Alfi menoleh sedikit, wajahnya masih masam. Mbak Tuti yang siap melangkah mendekat, langsung tertegun melihat Alfi yang tidak seperti biasa.
"Maaf, Dok, lagi sibuk nggak?" Mbak Tuti bertanya ragu, perempuan paruh baya itu melirik Danil yang juga meliriknya.
"Mbak Tuti ngomong sama saya?"
"Iya, Dok, saya diminta dokter Kusuma nanyakan proposal yang tadi diemail. Ini proposalnya masih yang lama. Dokter Kusuma minta yang terbaru, Dok, katanya mau diajukan nanti siang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...