56 Lawan Tangguh

1.3K 174 26
                                        

Bismillah,

Naira memiringkan kepalanya melihat reaksi Ifa. Dia tersenyum mengejek.

"Kenapa, Mbak? Mbak Ifa takut sama aku? Apa Mas Alfi cerita yang jelek-jelek tentang aku? Nggak usah khawatir, Mbak. Aku cuma mau bicara," katanya.

Naira merasa menang melihat Ifa yang sepertinya berhasil digertak. Dari pengamatannya, dia menyimpulkan Ifa lemah dan tipe perempuan yang tidak bisa melawan. Itu membuat Naira senang, karena bisa dengan mudah memanipulasi Ifa.

"Jangan salah sangka, aku nggak takut sama siapa pun, Nai. Dan suamiku bukan tipe orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, apalagi yang reputasinya udah jelek. Kamu mau bicara? Oke, ayo bicara," kata Ifa dengan tegas.

Dia langsung berjalan ke meja di sudut, tepat di dekat pintu yang menuju outdoor area. Naira terkesiap mendengar jawaban Ifa. Ini kejutan. Dugaannya tentang Ifa sama sekali salah.

Masih dikuasai rasa terkejut, Naira dengan patuh mengikuti langkah Ifa. Istri Alfi itu duduk dengan anggun, lalu memberi isyarat pada Naira untuk duduk. Sejenak mereka diam, Naira menyembunyikan wajahnya. Sedangkan Ifa menatapnya lembut.

Sesungguhnya, jantung Ifa berdebar keras. Ketika bertemu Naira di hotel, perempuan itu terlihat rapuh. Ifa mengira Naira begitu merasa bersalah sehingga berusaha keras untuk mendapat maaf Alfi. Tapi, sepertinya dugaan Ifa salah. Naira yang hari ini menemuinya terlihat sangat berbeda. Ada seringai jahat di wajah cantiknya.

"Mau minum sesuatu, Mbak?" tanya Naira.

"Mint tea saja, hot," jawab Ifa. Matanya masih menelisik Naira. Membuat perempuan itu salah tingkah.

Tangan Naira terangkat, memanggil waiter. Ketika lelaki berseragam itu mendekat, Naira mengucapkan pesanan Ifa dan pesanannya.

"Camilan yang recommended di sini apa?" tanya Naira pada waiter.

"Kami punya banana fritter, singkong keju premium, toast, dim sum dan chicken wings, Ibu," jelas si waiter.

"Dim sum saja, dan mocca latte panas ya."

Waiter itu pergi setelah mengkonfirmasi pesanan Naira. Suasana sesak lagi-lagi menghampiri. Pikiran Ifa penuh dengan berbagai dugaan. Dia sibuk memprediksi apa yang akan dibicarakan Naira. Ucapan Alfi pagi tadi terngiang lagi.

Apa pun yang terjadi, jangan percaya pada Naira. Percaya sama aku.

Perempuan berpasmina biru muda itu memejamkan mata, dan tersenyum tipis. Kata-kata Alfi cukup memotivasinya.

"Kamu tau nggak, Mbak, Mas Alfi tuh suka banget sama dim sum," ucap Naira. Senyum culasnya terbit, dia sengaja mengucap itu untuk membuat Ifa cemburu.

"Oh ya?! Kamu yakin nggak salah inget, Nai?"

Naira terkekeh. "Ya ampun, Mbak, mana mungkin aku lupa sama semua kebiasaan Mas Alfi. Aku hafal banget apa yang dia suka dan nggak," balas Naira. Percaya dirinya naik karena merasa menemukan celah.

"Seingatku Mas Alfi suka sama perempuan setia yang nggak banyak nuntut, Nai. Dan ... aneh juga kalo kamu masih inget semua hal tentang Mas Alfi, karena dia udah lupa sama kamu."

Rahang Naira menggeretak mendengar balasan Ifa. Ternyata perempuan berwajah lembut ini tidak mudah ditaklukkan, pikir Naira. Otaknya berputar lagi memikirkan cara licik untuk membuat Ifa cemburu dan meragukan Alfi.

Suasana tegang itu terjeda ketika waiter datang dan meletakkan pesanan di meja. Ifa membiarkan tehnya tidak tersentuh. Sedangkan Naira yang mendadak merasa kalut, langsung menyesap mocca lattenya.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang