10. Mengundurkan Diri (f)

41.1K 4K 212
                                    

Anye memainkan jari-jarinya dengan gugup. Lift menuju lantai atas ini terasa sangat lambat. Anye harus mendengar sendiri penjelasan dari Arsen. Dia tidak mau termakan gosip murahan jika Arsen telah bertunangan.

Wanita yang datang bersama Arsen tadi pagi bisa saja hanya kolega atau saudara jauhnya. Arsen adalah kekasih Anye sekarang. Jadi tidak mungkin semua rumor itu benar.

"Permisi."

Anye mengetuk pintu ruangan Arsen.

"Masuk," jawab Arsen dari dalam ruangannya.

Anye membuka pintu ruangan itu dengan perasaan gugup. Apapun yang dilihatnya nanti, yang paling penting adalah penjelasan Arsen dulu.

Begitu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan Arsen, dada Anye rasanya sakit. Blazer yang dikenakan wanita tadi telah terlepas, menunjukkan dress tanpa lengan dengan belahan dada rendah. Saat Anye masuk, Arsen tengah membersihkan bibirnya dari noda merah. Apalagi jika bukan bekas lipstik?

"Ada apa, Anye?" tanya Arsen sambil menatap Anye.

Anye menelan ludah. Rasanya dia ingin menangis sekarang. Arsen tampak sangat tenang seolah tidak memiliki apapun yang harus ia jelaskan.

"Kalau kamu ada kerjaan penting, aku pulang aja."

"Nggak usah, Yas. Paling juga masalah kecil."

Arsen berjalan mendekat ke Anye. Pandangan Anye masih bertumbu pada wanita yang sekarang meminun tehnya. Cincin. Cincin yang melingkar di jari manis wanita itu membuat dada Anye lebih bergemuruh.

"Ada apa, ya? Kalau nggak penting, bisa nanti aja?"

Anye menoleh ke Arsen. Dia lalu menunduk untuk melihat jemari Arsen. Di sana ada cincin yang senada dengan wanita tadi.

"Kalau nggak penting, bisa tinggalkan ruangan saya sekarang?"

Anye menunduk.

"Maaf," ujarnya sebelum berjalan menjauh dari ruangan Arsen.

Anye melangkah cepat menuju kubikelnya. Dia langsung membereskan barang-barangnya.

"Nye, lo mau ke mana?"

"Gue mau pulang. Gue sakit perut hari ini."

"Tapi lo nggak apa-apa, kan?"

Tata memegang lengan Anye.

"Nggak apa-apa, Ta. Nanti aku bakal izin sendiri. Makasih, ya."

Anye langsung memanggil taksi begitu mendapat izin untuk pulang. Anye tidak bisa terus berada di kantor. Membayangkan Arsen dan wanita itu membuat Anye merasa mual.

Belum ada setengah jalan, Anye meminta supir taksi untuk mengubah arah. Anye harus memastikannya sendiri pada Arsen. Dia ingin mendengar sendiri tentang wanita itu dari bibir Arsen.

From: Anye
To: Arsen
Aku tunggu di apartemen kamu

Arsen tersenyum miring membaca pesan itu. Ponselnya lalu ia simpan di dalam saku.

"Yasmin, aku harus pergi sekarang."

Yasmin yang sedang melihat-lihat meja Arsen tersenyum.

"Mau ke mana, sih?" tanya Yasmin yang kini bergelayut manja di lengan Arsen.

"Ada klien yang minta ketemu di luar sekarang. Nanti aku bilang supir biar anter kamu pulang."

"It's okay, aku bisa naik taksi, kok."

"Jangan, Yas. Aku nggak mau ngebiarin tunanganku pulang sendirian naik taksi."

Arsen meraih tangan Yasmi dan mengecupnya.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang