Anye menunduk karena tidak berani menatap mata laki-laki yang duduk di depannya itu. Dari sekian banyak hotel di negara ini, kenapa Arsen harus berada di hotel ini? Salah Anye juga karena tidak bertanya lebih detail tentang proyek hotel dan tempat wisata yang tengah dikerjakan Arsen.
"Udah duduk, kan? Sekarang coba jelasin kenapa kamu ada di sini."
Arsen melipat tangannya di dada. Harusnya Anye ada di rumah, lalu kenapa perempuan itu pergi sejauh ini? Tanpa sepengetahuannya pula.
"Aku sama Ara jalan-jalan berdua."
"Sampai keluar kota?"
"Ara bilang mau lihat banyak binatang. Terus aku lihat review hotel ini. Kan ada taman wisata sama kebun binatang di belakang hotelnya persis, jadi ya..."
"Naik apa kamu?"
"Pesawat, tapi besok udah pulang.
"Mama, makanannya mana?" tanya Ara memotong pembicaraan Anye dan Arsen.
Ara memasang wajah kusut yang ia tempelkan ke meja.
"Sebentar, ya, sayang. Kan baru aja pesan," ucap Anye mencoba membujuk Ara.
"Kalian berdua aja?"
Anye menoleh ke Arsen, lalu mengangguk pelan.
"Kamu ngapain, sih, pergi sejauh ini tanpa izin aku, lagi. Harus banget pergi sekarang? Nggak bisa nunggu aku pulang dulu buat minta izin?"
"Tapi ulang tahunnya Ara hari ini. Kelamaan kalau nunggu kamu pulang."
Arsen terdiam mendengar ucapan Anye. Ia melirik ke Ara yang kini memainkan jarinya di meja. Astaga, bagaimana dia bisa lupa ulang tahun Ara?
"Ara ulang tahun? Sorry aku..."
"Nggak apa-apa kalau kamu lupa. Tahun lalu juga gitu, kan? Maksudnya aku udah ngerti kalau kamu mungkin emang nggak inget sama hal-hal kayak gini."
Arsen beralih ke Ara. Mereka saling bertukar pandang karena wajah Ara menghadap ke arahnya.
"Kamu ulang tahun?" tanya Arsen.
Ara menegakkan tubuhnya. Ia melirik ke Anye sekilas sebelum mengangguk antusias.
"Mau kado nggak?"
"Boleh?" tanya Ara pada Anye.
Anye tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan. Ara kemudian mengangguk pada Arsen setelah mendapat persetujuan Anye.
"Mau," ucap Ara pelan.
"Mau kado apa? Rumah Barbie?"
Ara menggeleng pelan.
"Kemarin Om Farel ke rumah bawa rumah Barbie besar, Ara udah punya dua sekarang."
Mendengar nama Farel, Arsen melirik ke Anye.
"Farel tahu Ara ulang tahun, jadi dia ngasih kado," jelas Anye.
"Ya udah kalau gitu jangan rumah Barbie. Kamu mau minta sesuatu?"
Ara terdiam sejenak. Telunjuknya menggaruk dagu tanda sedang berpikir. Tidak lama kemudian, Ara tampak teringat sesuatu.
"Ara mau minta adik boleh?"
Arsen mengernyit. Ia dan Anye kemudian saling melempar pandang. Melihat Anye yang tampak canggung, Arsen memasang wajah seolah sedang berpikir.
"Kalau adik, tanya mama, dong. Kan mama yang bisa hamil."
"Ara udah tanya mama, tapi kata mama harus tanya papa. Caca aja udah mau punya adik dua."
"Gimana, Nye? Kamu mau ngasih Ara adik atau nggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fam-ily
Ficción GeneralAlasan Arsen menikahi Anyelir adalah kehadiran bayi mungil yang masih merah itu. Jika tidak ada dia, mungkin Arsen telah melupakan Anye dan mencari perempuan lain. Namun Arsen lupa bahwa kehadirannya bukan hanya dibutuhkan di mata hukum. Arsen lupa...