Anye memasukkan dua potong roti isi yang baru dibuatnya ke kotak bekal. Kotak berwarna biru itu lalu ia tutup dengan rapat. Memasukkan ke tas bekal, Anye turut menyertakan susu kotak dan sepotong cokelat.
"Rotinya mau ditambah lagi, nggak?" tanya Anye pada Ara yang duduk di kursi makan.
"Nggak usah, Ma. Nanti kalau kurang Ara bisa beli di kantin."
"Jangan beli makanan yang terlalu pedas, ya. Mama pokoknya nggak mau kamu sakit lagi karena susah dibilangin."
Ara memutar bola matanya. Pagi-pagi segini paling menyebalkan jika Anye sudah menyodori berbagai nasihat.
"Iya, Mama."
Anye menghampiri Ara, lalu merapikan poni gadis itu. Anye tersenyum melihat bibir Ara yang tampak dipolesi lip gloss merah muda.
"Kalau pakai lip gloss-nya sebelum makan nanti ilang."
"Nggak, kok. Ara udah lihat review di Youtube, terus katanya tahan lama."
Anye menggeleng pelan mendengar kalimat Ara.
TING! TONG!
Suara bel yang terdengar nyaring membuat Anye dan Ara menoleh. Nova, asisten rumah tangga Anye langsung tergopoh ke pintu depan.
"Buar saya yang bukain, Bu," ucap Nova saat melewati Anye dan Ara. Nova baru bekerja sejak Anye pindah ke sini, jadi dia masih merasa segan.
"Mama ada tamu?" tanya Ara.
"Nggak, tuh, mama nggak ngerasa ada tamu."
Nova kembali ke ruang makan setelah menemui orang yang menekan bel.
"Siapa, Nov?"
"Itu, ada yang nyari ibu sama non Ara."
"Kamu nggak tanya dia siapa?"
"Katanya ayahnya non Ara."
Anye melirik ke Anya, gadis itu sontak melambaikan tangan.
"Ara nggak minta papa ke sini."
Anye menghela nafas, lalu meminta Nova agar mempersilahkan Arsen masuk. Ara hanya mengedikkan bahu saat kembali ditatap oleh Anye.
"Ara udah mau berangkat sekolah, ya?"
Anye terkesiap karena kehadiran Arsen di ruang makan. Pria itu memakai celana bahan dan kemeja merah marun. Wajah Arsen tampak tampan dengan coma hair-nya.
"Kamu ngapain di sini?"
"Tadi sama mbaknya disuruh masuk."
"Masuk ke ruang tamu, bukan sampai ke sini."
Arsen menatap canggung Anye di depannya.
"Sorry, kalau gitu aku..."
"Ya udah di sini aja. Kamu ngapain pagi-pagi datang ke sini?"
Arsen tersenyum. Dia mengangkat tinggi dua paperbag di tangannya. Sebuah merk terkenal tercetak di salah satu paperbag itu.
"Papa kemarin rapat di mall, terus beli ini."
Arsen mengeluarkan sebuah kotak dari salah satu paperbag. Kotak itu berisi jam tangan berwarna merah muda. Arsen memasangkan jam tangan itu di pergelangan tangan Ara.
"Walaupun udah ada hp, jam tangan itu penting. Papa nggak tahu kamu bakal suka atau nggak, tapi pas papa lihat papa langsung ngerasa ini cocok sama kamu."
Ara dengan wajah sumringah menatap benda baru di tangannya. Jam tangan itu tampak sangat cantik dengan hiasan berlian kecil di tepinya. Ukurannya juga pas untuk tangan Ara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fam-ily
General FictionAlasan Arsen menikahi Anyelir adalah kehadiran bayi mungil yang masih merah itu. Jika tidak ada dia, mungkin Arsen telah melupakan Anye dan mencari perempuan lain. Namun Arsen lupa bahwa kehadirannya bukan hanya dibutuhkan di mata hukum. Arsen lupa...