Ara menguap pelan. Ia lalu membuka mulut saat diminta oleh Anye. Anye kemudian mulai menggosok gigi Ara pelan.
"Bangun, dong. Masa masih merem?"
Anye menepuk pipi Ara. Gadis itu masih terpejam meski dirinya kini duduk di kursi di depan wastafel. Kursi ini dibuat sendiri oleh ayah Arsen agar Ara bisa menggunakan wastafel dengan nyaman.
"Kumur dulu."
Anye membantu Ara untuk berkumur. Perlahan mata Ara mulai terbuka.
"Mama aku mau susu."
"Iya nanti mama bikinin susu."
Ara menoleh ke Anye.
"Mama kerja?"
"Iya, sayang. Kan ini bukan hari libur, jadi mama kerja."
"Mama jemput Ara, ya," pinta Ara dengan wajah memelas.
"Tumben minta jemput."
"Ara mau lihat soang."
Anye tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Beberapa waktu lalu ia memang sempat mengajak Ara ke danau dengan taman di dekatnya. Di sana ada banyak angsa yang entah belajar dari mana disebut Ara "soang".
"Ya mama?"
Anye melepas pakaian Ara.
"Iya, nanti mama jemput kamu, tapi sekarang kamu mandi dulu."
"Yeay!" Ara berseru senang sambil mengangkat kedua tangannya.
Usai mendandani Ara dengan pakaian sekolah, Anye segera mengganti bajunya dengan pakaian kantor. Anye sudah mandi pagi-pagi sekali. Setelah itu ia mengenakan celemek dan melanjutkan memasak bahan-bahan yang ia siapkan tadi.
Ara duduk selonjoran di bagian pintu kamarnya yang terbuka. Ia memegang boneka dan sebuah mobil. Ara memainkan kedua benda itu dengan mengeluarkan suara seolah sedang berbicara.
"Halo mobil, aku Mariposa, nama kamu siapa?" tanya Ara sambil menggerakkan tangan bonekanya. Ia kemudian beralih memegang mobil mainannya.
"Halo, Mariposa, namaku mobil."
Ujung mata Ara menangkap sosok Arsen yang baru keluar dari ruangan. Ara segera memasukkan kaki kirinya yang tadi tidak masuk ke area kamar sepenuhnya. Ara tidak mau jika Arsen tersandung kakinya. Arsen berdiri di sebelah Ara dan berdehem.
"Kalau ini namanya Mochi."
Ara menoleh dengan sedikit mendongak. Arsen kini telah berjongkok di sebelah Ara dengan tangannya memegang boneka kucing kecil. Boneka itu berwarna putih dengan motif di tubuhnya berwarna merad muda.
"Kamu... Nggak suka?"
Arsen membalik bonekanya. Wajah boneka kucing ini lucu. Apa kurang menarik bagi anak seusia Ara?
"Mochi kan nama makanan, masa kucing namanya Mochi?"
Arsen tersenyum miring. Ia menaruh boneka itu di pangkuan Ara. Padahal Arsen menamainya sesuai dengan yang tertera di label belakang boneka.
"Buat kamu, terserah mau dinamain siapa."
Arsen berjalan menuruni tangga. Sayup-sayup dia mendengar suara Ara.
"Halo kucing, kamu namanya nastar, ya?"
Arsen menggeleng pelan. Apa bedanya mochi dengan nastar? Sama-sama makanan.
Arsen mendekati Anye yang sedang menata piring. Ia langsung memeluk tubuh Anye dari belakang.
"Kamu mau sarapan sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fam-ily
Genel KurguAlasan Arsen menikahi Anyelir adalah kehadiran bayi mungil yang masih merah itu. Jika tidak ada dia, mungkin Arsen telah melupakan Anye dan mencari perempuan lain. Namun Arsen lupa bahwa kehadirannya bukan hanya dibutuhkan di mata hukum. Arsen lupa...