44. Ra...

43.9K 5.3K 260
                                    

"Rara!"

Arsen yang berdiri di dekat meja makan menatap sekeliling. Tidak menemukan sosok kucingnya mendekat, Arsen kembali memanggil.

"Rara! Papa punya snack buat Rara."

Dari balik sofa, sebuntal bulu gemuk berjalan mendekati Arsen. Rara melompat ke kursi makan yang Arsen tarik. Arsen kemudian duduk di depan Rara. Tangannya membuka bungkus snack kucing dan memegangnya selama kucing betina itu memakannya.

"Enak, ya? Besok dibeliin yang tuna lagi, ya?"

Arsen tersenyum melihat lidah Rara yang menjilat ujung bungkus snack dengan semangat.

"Kamu kapan terakhir mandi, Ra? Besok ke vet sekalian gimana, Ra?"

Tentu saja Rara tidak menjawab pertanyaan Arsen. Kucing itu masih asyik dengan makanannya. Arsen hanya mengedikkan bahu.

"Ra... Ra... Rara..."

Usai Rara menghabiskan satu bungkus snack, Arsen mengangkat tubuhnya ke dalam gendongan. Arsen mengambil ponsel dan menangkap beberapa foto dengan Rara di gendongannya.

Arsen
Papa punya kucing namanya Rara, Ara mau ketemu nggak?

Arsen tersenyum melihat tanda pesannya yang dengan cepat berubah menjadi terbaca.

My Dikara ❤🐻
Wahhh! Mau, Pa! Hari ini Ara di rumah aja, mama juga nggak ngajak Ara ke mana-mana

Arsen
Kalau gitu minta anterin mama ke sini aja

My Dikara ❤🐻
Yah... Kalau sama mama nggak boleh gimana?

Arsen menghela nafas. Benar juga. Apa Anye mau membawa Ara ke rumah yang pernah mereka tempati ini? Apalagi kenangan terakhir Anye dengan rumah ini tidak baik.

Arsen
Mama di mana?

My Dikara ❤🐻
Mama di kamar, kayaknya lagi kerja.

Arsen
Kamu naik taksi aja, nanti biar papa yang bayar

My Dikara ❤🐻
Mama gimana? Nanti Ara dimarahin.

Arsen
Biar papa yang ngomong sama mama. Mending minta maaf daripada minta izin, kan?

My Dikara❤ 🐻
Kalau gitu Ara siap-siap terus pesen taksinya, ya!

Arsen kembali menyunggingkan senyum. Dielusnya kepala Rara yang bertumpu di kepalanya.

"Untung ada kamu, jadi ada alasan buat bawa Ara ke sini."

***
"Papa sejak kapan punya Rara?" tanya Ara yang duduk di sofa dengan Rara di pangkuannya.

"Kapan, ya? Lumayan lama, sih. Biar rumah nggak sepi aja."

Arsen tersenyum melihat Ara dan Rara yang sama-sama tampak gemas. Sejak datang tadi, Ara sangat bersemangat menggendong dan memainkan Rara. Rara yang jutek dan tampak malas hanya pasrah dibawa ke sana-sini oleh Ara. Dan melihat Ara yang bermanja dengan Rara membuat Arsen melihatnya seperti anak kecil lagi.

"Rara cewek ya, Pa?"

"Iya, Rara betina."

"Rara udah punya anak? Kalau Rara punya anak boleh buat Ara, nggak?"

Arsen tersenyum bingung. Haruskah dia memberi tahu jika kucingnya sudah disteril hingga tidak mungkin lagi memiliki anak?

"Emangnya Ara mau punya kucing?"

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang