8. Om Tidur Sama Jenny

62.6K 5.3K 53
                                        

Anye sedang bersiap ingin pulang saat Farel menghampirinya.

"Mbak Anye, kan? Saya Farel," ucap Farel sambil mengulurkan tangan.

Bagi Anye, Farel adalah saingan. Tapi meskipun begitu, dia tidak boleh memperlihatkan secara jelas. Anye tersenyum dan menyambut uluran tangan Farel.

"Saya Anye. Saya udah dengar soal kamu, kok. Ada apa, ya?"

"Gini, saya mau ambil data stok brang di gudang dua, dong, yang udah ada tanda tangannya. Kata Pak Doni berkasnya dibawa Mbak Anye."

"Oh, iya, itu saya yang ba..." Anye mengerutkan dahi. Dia lalu meringis tipis. "Itu emang saya yang bawa, tapi ada di rumah. Besok aja saya bawain ke kantor."

Wajah Farel tampak tidak setuju.

"Gimana ya, Mbak? Soalnya saya perlu sekarang. Nanti malam saya udah harus pergi keluar kota."

Anye terdiam untuk memikirkan solusi.

"Gimana kalau saya ambilin berkasnya dulu? Kalau pakai ojek online nggak bisa karena di rumah cuma ada ART sama anak saya. Kamu tunggu sebentar nggak apa-apa, kan?"

Anye memasukkan ponsel ke dalam tas. Untung dia tadi memang tengah bersiap pulang, jadi mejanya telah rapi.

"Terus Mbak Anye balik ke kantor lagi?"

"Iya, sebentar doang, kok."

"Malah saya yang jadi nggak enak, Mbak. Kita baru kenal masa saya udah ngerepotin? Mending saya ikut ke rumah Mbak Anye aja. Saya ambil berkas, terus langsungan dari sana. Daripada Mbak Anye bolak-balik."

"Nggak apa-apa?"

"Ya nggak apa-apa, Mbak. Kalau gitu saya ambil kunci mobil dulu."

Anye mengangguk dan berjalan keluar ruangan. Sebenarnya dia juga agak malas jika harus bolak-balik dari rumah ke kantor.

***

Arsen menutup pintu mobilnya hati-hati. Mobil memang menjadi salah satu barang kesukaan Arsen. Uang Arsen yang cukup untuk membeli mobil tiap bulan tidak lantas membuatnya bersikap sembrono pada mobilnya.

Setelah mengunci pintu mobil dengan remote yang sekaligus kunci, Arsen baru masuk ke dalam rumah. Sepertinya Anye sedang kedatangan tamu. Di halaman depan ada mobil lain yang tampak asing bagi Arsen.

Suara gelak tawa menyambut Arsen saat dia membuka pintu depan. Dua sosok di ruang tamu itu tampaknya tidak menyadari kehadiran Arsen.

"Terus nanti Ara tidur di mana?"

Pria yang tidak Arsen kenali itu bertanya pada Ara. Ara tersenyum lalu dengan semangat menunjuk rumah bonekanya.

"Nanti Ara tidur di sini sama mama. Om Farel tidurnya di kamar ini sama Jenny."

"Sama Jenny?" Farel berpura-pura terkejut. "Kalau Om tidur sama Jenny terus ARRGH! Jenny gigit Om gimana?"

Ara tertawa melihat Farel yang mengaum dengan kedua tangan seolah menjadi cakar.

"Jenny kan kura-kura bukan singa! Jenny nggak gigit, kok. Om nggak usah takut sama Jenny."

"Ara nggak takut sama Jenny?"

"Nggak! Tapi... Ara takutnya sama..."

"Maaf ya lama, tadi berkasnya sempat keselip."

Anye yang baru kembali dari mengambil berkas berhenti di antara ruang keluarga dan ruang tamu.

"Kamu udah pulang, Mas?"

Pertanyaan Anye membuat membuat Farel dan Ara menoleh. Farel segera berdiri. Dia menyalami Arsen yang akhirnya melangkah masuk.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang