6. Maukah? (f)

50.1K 4K 114
                                    

"Mau ke mana? Bukannya tanggal merah, ya?"

Bu Sari yang berada di pintu tersenyum. Ia lalu masuk ke kamar Anye. Tangannya bergerak lembut untuk mengelus rambut Anye yang diurai.

"Aku cantik belum, Bu?"

"Pakai nanya, lagi. Cantik banget, dong," jawab Bu Sari membuat Anye terkekeh pelan.

Wajah Anye yang tirus dengan hidung mancung serta mata berbinar memang cantik. Sejak bayi, Anye memang bayi paling cantik dan menggemaskan. Bu Sari sampai tidak habis bagaimana seseorang tega membuang bayi secantik Anye.

"Mau ke mana? Bukannya tanggal merah kantor kamu libur, ya?"

"Aku bukan mau ke kantor, Bu."

"Terus mau ke mana?"

"Jalan-jalan aja."

"Jalan-jalan atau jalan-jalan?" tanya Bu Sari dengan wajah jahil.

"Jalan-jalan, Bu. Mumpung kerjaan masih belum banyak, aku mau nikmatin dulu hari libur. Nanti kalau aku jadi karyawan tetap, pasti kerjaanku makin banyak.

"Emangnya kamu udah pasti diangkat jadi karyawan tetap?" Bu Sari menunjukkan wajah sumringah.

"Belum tentu, sih." Anye mengusap tengkuknya. "Tapi kalau kerjaanku bagus, pasti nanti diangkat jadi karyawan tetap. Ibu doain aja, ya. Kontrakku nggak lama lagi selesai. Semoga aku bisa langsung diangkat jadi karyawan tetap."

"Pasti Ibu doain. Kamu kan lembur-lembur terus, masa iya nggak diangkat jadi karyawan tetap."

"Kalau gitu Anye pergi dulu, ya."

Anye menyalami Bu Sari dan berjalan keluar kamar. Tapi belum juga smencapai pintu, Bu Sari terlebih dahulu memanggilnya.

"Kenapa, Bu?"

"Nanti pulang jangan lupa beli susu, ya. Susu adik-adikmu habis, tuh."

"Susu yang apa?" tanya Anye mengingat ada beberapa jenis susu di panti ini. Susu itu dibeli sesuai usia anak yang meminumnya.

"Susu Kamilo rasa cokelat yang kardus besar. Ini uangnya."

Bu Sari menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan, namun segera ditolak oleh Anye.

"Nggak usah, Bu. Pakai uang Anye aja. Anye masih ada, kok."

"Beneran? Gaji kamu disimpan aja kalau kamu butuh sesuatu."

"Beneran, Bu. Lagian aku udah nggak butuh apa-apa lagi, kok. Pokoknya beli susunya pakai uangku aja."

Bu Sari tersenyum, lalu memasukkan uangnya ke saku kembali. Kehadiran Anye memang sedikit banyak sangat membantunya menghidupi anak-anak panti. Mereka sangat kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebanyakan orang-orang menyumbang pakaian atau mainan bekas yang tidak terlalu berguna. Sedangkan yang mereka butuhkan adalah uang dan sembako.

Anye yang telah berada di luar panti lanjut berjalan kaki ke halte di dekat belokan. Dia berbohong pada Bu Sari tadi. Sebenarnya pagi ini Anye akan pergi bersama Arsen. Makan malam sebagai balas budi itu berlanjut menjadi makan malam-makan malam lain. Mereka memang baru bisa bertemu di malam hari karena kesibukan keduanya.

Biasanya, Arsen akan menunggu di basement bagian ujung. Anye akan datang setelah menyelesaikan pekerjaan dan masuk ke mobil Arsen setelah memastikan tidak ada yang melihat. Itu mereka lakukan agar tidak ada orang lain yang tahu perihal hubungan mereka. Karena ini juga Anye jadi sering berbohong dengan mengatakan lembur, padahal sedang bersama dengan Arsen.

"Udah lama nunggu?" tanya Arsen yang baru meminggirkan mobilnya.

Anye menggeleng dan masuk ke mobil hitam Arsen. Jika ia ingat-ingat, Arsen telah memakai tiga mobil berbeda sewaktu menjemputnya. Kadang Anye merasa sangat tidak sebanding melihat seberapa hebat latar belakang Arsen.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang