2. Mandi

63.2K 5.8K 90
                                    

Arsen menghirup napas dalam. Ia menyandarkan kepala di punggung kursi kerja. Perasaannya terasa tak nyaman. Mungkin karena meeting hari ini gagal, atau mungkin... Karena kejadian tadi pagi.

"Masuk!" ujar Arsen ketika seseorang mengetuk pintunya.

Dafi dengan gaya tengil masuk ke ruang kerja Arsen.

"Selamat siang Barcelona," sapa Dafi jahil.

Arsen hanya bisa mendengus kesal mendengar sapaan temannya itu. Nama Arsen memang kependekan dari Arsena. Dia dinamai seperti itu karena ayahnya sangat menyukai klub sepak bola Arsenal.

"Kenapa, Daf?"

"Tadi minta itung-itungan dari divisi Citra, kan?"

Dafi melempar pelan beberapa lembar kertas ke meja Arsen.

"Kenapa lo yang nganter? Istri lo ke mana?"

"Kasihan, Sen. Gue nggak tega lihat bumil kesayangan jalan jauh-jauh."

Arsen menggeleng pelan. Citra, istri Dafi memang sedang hamil anak kedua mereka. Tapi kehamilannya telah menginjak beberapa bulan. Bukankah berjalan sedikit tidak masalah?

"Kan ke sini pakai lift, Daf. Lagian istri lo bisa nyuruh OB. Lo pasti ada maunya kan ke sini?"

Dafi cengengesan karena akal bulusnya ketahuan. Dia yang semula berdiri kini duduk di pinggiran meja.

"Sore ini gue yang nemuin Pak Jati, ya? Lo gantiin gue meeting lusa," pinta Dafi dengan wajah memelas.

Arsen menaikkan alis. "Lo ngajak tukeran?"

"Ya iya, kurang jelas?"

"Mana bisa gitu, Daf? Nama yang buat meeting kan udah ada, masa iya mau tukeran gitu aja?"

"Nanti biar Citra yang ngurus. Pokoknya lo gantiin gue aja lusa pagi."

"Ngapain, sih? Bukannya enak meeting pagi-pagi?" tanya Arsen dengan mata sibuk ke layar komputer.

"Lusa kan hari libur, Sen. Mumpung anak gue minta nginep di neneknya, gue mau berduaan sama Citra. Kalau paginya ke kantor dulu nanggung, dong."

Dafi membuat wajahnya jadi cemberut dengan mata berkedip beberapa kali. Melihat itu Arsen langsung merasa jijik.

"Mau ya? Gue udah ngebet banget nih mau pacaran sama istri. Kalau Kim Kim siapa itulah nggak ngasih jadwal lusa pagi juga gue nggak bakal minta tuker."

Arsen memajukan tubuh dan menoyor kepala Dafi pelan.

"Di perut istri lo tuh masih ada bayi udah mau produksi lagi? Harus banget?"

"Anye juga pernah hamil, kan? Lo kayak nggak tahu aja ibu hamil hormon itunya tinggi jadi..."

Dafi segera menutup mulut saat sadar dia salah bicara. Ditatapnya Arsen yang memasang wajah datar.

"Sorry, Sen."

Arsen mengangguk pelan.

"Iya. Bilang istri lo nama kita buruan dituker. Lo rapat dua jam lagi, lho."

Mendengar itu, Dafi langsung mengepalkan kedua tangan ke udara. Dia lalu berjalan riang ke pintu.

"Makasih, Pak! Senyum, dong! Lo kan juga jadi bisa pulang sorean. Jangan ngelembur mulu!"

"Hmm."

"Liverpool!" panggil Dafi dengan kepala menyembul dari balik pintu. Arsen hanya meliriknya malas. "Kayaknya Ara udah siap punya adik."

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang