31. Menemani

46.5K 5.8K 437
                                    

Arsen mengamati Ara yang tengah bermain dengan mini kitchen set miliknya. Ara berpura-pura menuang bahan makanan ke panci, lalu meletakkannya di bagian kompor. Sebuah tombol ia tekan sehingga kompor mengeluarkan sinar merah seolah itu benar-benar menyala.

"Suka?" tanya Arsen pada putrinya itu.

"Ini nasi gorengnya dua juta."

Ara meletakkan piring berisi makanan mainan ke meja di depan Arsen. Ia lalu duduk dan seolah-olah mencatat pesanan.

"Ara suka?" tanya Arsen lagi.

Ara melirik ke Arsen dan mengangguk antusias.

"Kenapa Ara dikasih mainan warung makan?"

"Restoran mini, Ara."

"Iya, resrotan mini."

Arsen tersenyum miring sebelum mengelus kepala Ara karena gemas.

"Kamu kan belum dikasih hadiah ulang tahun."

"Bukannya udah?"

"Kapan? Papa belum."

Arsen memasang wajah datar sedikit kesal. Jangan-jangan yang Ara maksud adalah hadiah dari Farel.

"Papa nemenin Ara tidur, itu kado ulang tahun, kan?"

Arsen terdiam sejenak sebelum menggeleng pelan.

"Kado itu sesuatu yang istimewa."

"Itu nggak istimewa?"

Arsen menyandarkan tangannya ke lutut yang ia tekuk. Wajahnya seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Istimewa juga, tapi..." Arsen melirik Ara yang menatapnya tanpa kedip. "Ya udha itu kado juga."

"Mas Arsen."

Panggilan dari Anye membuat Arsen menoleh. Laki-laki itu bangkit dan menghampiri Anye yang berdiri di dekat pintu kamar Ara. Ditutupnya pintu kamar Ara perlahan.

"Ara suka kadonya?"

"Lumayan."

Anye mengangguk pelan mendengar jawaban Arsen. Dapat Arsen lihat jika Anye menunjukkan gelagat aneh. Perempuan itu mengusap lengannya beberapa kali dan bibir bawahnya terus ia gigit.

"Anye? Kamu mau ngomong apa?"

"Emm... Itu..."

"Kenapa, Nye?" tanya Arsen penasaran.

"Kamu besok bisa nemenin aku ke panti nggak?"

"Kamu mau ngapain ke panti?"

"Aku kan udah janji mau bawa Ara ke sana. Aku juga mau ngobrolin sesuatu sama Bu Sari."

Dahi Arsen berkerut. Besok hari kerja dan sepertinya jadwalnya penuh.

"Emang kamu besok nggak kerja?"

"Kerja, tapi udah dapet izin. Besok aku langsung ke panti habis jemput Ara sekolah. Kalau kamu bisa, kamu nyusul. Oh, atau nggak besok aku berangkat naik taksi biar..."

"Besok aku nggak bisa," potong Arsen sebelum Anye menyelesaikan ucapannya.

"Beneran nggak bisa?"

"Ada rapat direksi sama Davi juga kalau kamu nggak percaya. Besok juga rencananya aku pulang malem."

Ekspresi Anye tampak kecewa dengan penolakan Arsen.

"Emang harus sama aku?"

Arsen mengelus rambut Anye pelan.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang