46. Pertanyaan

41.6K 5.5K 206
                                        

"Ya ampun dari tadi dicariin ternyata pacaran di sini."

Arsen mundur menjauh dari Anye dan bergegas mengusap matanya. Anye juga turut mundur, memandang canggung ke Dafi yang menatap mereka. Tahu ada yang tidak beres, Dafi berjalan mendekati dua orang itu.

"Sen, lo kenapa?" tanya Dafi sembari memegang pundak Arsen.

Arsen menggeleng dengan senyuman tipis. Dia tidak mau terlihat seperti ini di depan Dafi untuk ke sekian kalinya.

"Anak-anak nyari aku, ya?" tanya Anye.

"Emm... Itu... Ada yang datang, dia udah nunggu di depan."

"Siapa?"

"Kamu ke sana dulu, aku..."

Dafi menunjuk Arsen dengan ujung matanya. Anye menganggukkan kepala sebelum masuk ke dalam rumah.

Ruang tamu tampak lebih ramai dari sebelumnya. Anye mengernyit melihat Ara dan teman-temannya mengerumuni seseorang. Tatapan Anye sempat bertemu dengan Citra yang tersenyum.

"Mama! Ada Om Farel!" seru Ara kegirangan.

Farel yang tengah berjongkok di depan koper besar menengadah. Laki-laki itu tersenyum melihat Anye. Farel langsung berdiri dan memeluk perempuan itu.

"Farel, kamu kenapa nggak bilang mau ke sini?"

"Sengaja mau ngasih kejutan. Tapi Ara tahu, kok. Kemarin Ara bilang mau bikin acara gitu, jadi sekalian aja pas aku balik. Aku bawain banyak oleh-oleh buat Ara sama teman-temannya."

Anye melihat ke koper berisi alat tulis, mainan, dan benda-benda lain yang kini dikerubungi oleh Ara dan teman-temannya.

"Kamu sendirian?" tanya Anye sambil melihat sekitar, mencari ipar dan keponakannya.

"Iya, Mbak, aku sendiri. Aku ada urusan kerjaan di Singapura, terus mampir ke sini sebelum pulang."

"Ya ampun, pasti kamu capek."

"Nggak lah, masa nyempetin ketemu kakak sama keponakan sendiri capek."

Anye kemudian mengajak Farel mendekati Citra.

"Citra, ini Farel adikku."

Farel dan Citra saling melempar senyum dan bersalaman.

"Dia istrinya Dafi. Anak mereka namanya Rafa, yang cowok itu. Dia temenan sama Ara dari dulu dan ternyata mereka satu sekolah. Kamu pernah masih inget Dafi, kan?"

Farel mengangguk pelan.

"Mas Dafinya nggak ikut ke sini?

Citra menoleh ke sekitar.

"Emm... Ikut, kok. Tadi orangnya di sini, tapi tadi ke belakang manggil Anye. Belum balik, ya?"

Tepat saat Citra menyelesaikan kalimatnya, dua sosok laki-laki datang dari arah dapur. Farel terdiam, menatap lekat laki-laki di sebelah Dafi. Senyum tipis Farel berikan saat Arsen mengajukan tangannya untuk bersalaman.

"Baru dateng, Rel?" tanya Dafi.

"Iya, aku ada urusan di Singapore, terus mampir sebelum pulang, sekalian bawain Ara oleh-oleh."

Arsen menyugar rambutnya dan menoleh ke Ara yang sibuk dengan barang-barang lucu di koper.

"Nye, aku pamit dulu. Mendadak ada kerjaan yang harus aku urus. Nanti tolong pamitin ke Ara, ya. Anaknya lagi asyik sama teman-temannya yang lain."

Anye menoleh ke Ara untuk melihat putrinya.

"Nggak mau nanti aja?"

Arsen menggeleng.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang