25. Jemput

54K 6K 397
                                    

Anye mengangkat ayam yang telah kecoklatan agar minyaknya bisa tiris. Tadi malam Ara dengan sungguh-sungguh meminta Anye agar membuatkan ayam goreng. Meski harusnya hari ini Anye tidak memasak ayam goreng, Anye tidak masalah. Asalkan Ara senang pasti akan dia lakukan.

"Mbok, nanti bisa cariin supir, nggak?"

"Supir buat apa, Nya?"

"Si Aji hari ini libur. Saya bisa aja nganter Ara sekolah sekalian, tapi kalau jemput saya nggak bisa."

"Naik ojek itu aja, Nya, yang dipesen dari hape."

"Online? Kalau itu saya yang nggak tega. Kalau Ara diapa-apain di jalan gimana?"

Anye melepaskan celemek dan menggantungnya. Ia berjalan ke meja makan untuk merapikan meja.

"Gimana, ya? Anaknya Mbok Iyem bisa, nggak?"

"Hari ini dia lagi pergi, Nya."

"Terus gimana, dong? Kasihan Ara kalau nggak sekolah gara-gara nggak ada yang bisa jemput."

Mbok Iyem dan Anye kompak menoleh. Arsen yang sedang mengancingkan lengan tampak bingung ditatap begitu.

"Kenapa, Mas?"

"Biar aku aja yang jemput Ara."

"Kamu serius? Ara pulang jam sepuluh. Emangnya kamu nggak kerja?"

"Nanti tinggal keluar."

"Kamu tahu sekolahnya Ara di mana?"

Arsen mengangguk pelan.

"Dekat kantor pengadilan itu, kan? Kamu pernah nunjukin waktu kita lewat sana."

Anye masih menatap Arsen skeptis.

"Kamu kelamaan mikir nggak telat?"

Anye berdehem pelan. Ia kemudian mengambilkan piring untuk Arsen.

"Kamu beneran bisa, kan?"

"Bisa, Anye."

Diam-diam Anye tersenyum tipis. Ia menoleh ke Ara yang sedang menuruni tangga. Suara senandung kecil Ara terdengar sampai ke bawah.

"Ara, nanti kamu dijemput Papa, ya?"

Ara melirik ke Arsen.

"Pak Aji ke mana?"

"Lagi izin. Nggak apa-apa, kan?"

Ara terdiam pelan sebelum mengangguk.

***
Arsen membalik pelan berkas di tangannya. Setelah ia periksa ulang, dia tinggal tanda tangan dan pekerjaannya selesai.

Mendengar suara ketukan pintu, Arsen menoleh. Seorang karyawannya menyembul di pintu.

"Pak Arsen makan siang mau sekalian saya belikan?"

"Kamu mau beli apa?"

"Paling gurame yang biasa, Pak."

"Emang udah mau jam makan siang, ya?"

"Mungkin setengah jam lebih dikit udah istirahat. Kan saya chat yang punya warung dulu biar disiapin, jadi nanti tinggal ambil."

Arsen tersenyum.

"Kamu lagi modus sama yang punya warung, ya?"

"Ah, Bapak, tahu aja. Jadi gimana, Pak?"

"Nggak usah, deh, hari ini saya lagi nggak pengin makan gurame."

"Oh, oke, Pak."

Karyawan Arsen keluar dan menutup kantornya. Arsen yang telah selesai memeriksa satu berkas kini beralih ke laptopnya. Dia harus mempersiapkan materi rapat untuk jam setelah makan siang.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang