13. Cheesecake

47.6K 5.2K 303
                                    

Siang ini Arsen sedang tidak berencana pergi ke mana pun. Tawaran dari teman klub sepeda ia tolak. Entah kenapa Arsen ingin bersantai di rumah. Dia terlalu sering menghabiskan hari libur di luar.

Arsen duduk di balkon kamar dengan berteman sepiring roti bakar. Anye yang menyiapkannya tadi. Sayang, Anye langsung pergi begitu selesai membuat roti bakar. Dia bilang ada pekerjaan yang mendesak.

"Ara! Sini!"

Mata Arsen beralih ke taman komplek yang terlihat dari balkonnya. Seorang anak perempuan berteriak dan melambai ke arah rumahnya. Tidak lama kemudian, Ara muncul. Dia tampak berlari senang menghampiri teman-temannya.

"Eh!"

Arsen berdiri terkejut saat tiba-tiba Ara terjerembab. Gadis itu terjatuh tengkurap ke jalan komplek. Gadis yang tadi memanggil Ara tampak menghampirinya.

Arsen berdiri di pinggir balkon. Kepalanya bergerak untuk mencari keberadaan Mbok Iyem. Beberapa saat kemudian, Arsen memutuskan untuk turun. Dia berdecak pelan melihat Mbok Iyem sedang menjemur baju sambil bernyanyi.

Kemudian, Arsen berjalan keluar rumah.  Dia hendak ke taman komplek untuk melihat keadaan Ara. Bukan apa-apa. Tapi jika ternyata dia terluka dan membekas, bisa-bisa Arsen yang kena semprot kedua orang tuanya.

Mulanya Arsen tak langsung menghampiri Ara. Dia berdiri di pinggir taman untuk melihat keadaan Ara dari jauh.

"Kayaknya nggak apa-apa," gumam Arsen.

Setelah jatuh Ara memang tidak menangis. Sekarang dia malah sudah tertawa-tawa sambil bermain bersama teman-temannya. Itu berarti, dia tidak terluka tadi.

Arsen hendak kembali ke rumah, namun dia mengurungkan niat saat menyadari sesuatu yang aneh. Ketika teman-teman Ara menaiki perosotan, Ara hanya berdiri melihat. Dia tertawa senang melihat temannya meluncur, namun dia tak mengikuti yang lain menaiki tangga dan meluncur.

"Kenapa kamu nggak main?"

Ara yang sedang melihat temannya menoleh. Dia langsung terdiam saat mendapati sosok Arsen di sebelahnya.

"Kamu cuma berdiri aja? Nggak ikut main perosotan?" tanya Arsen lagi.

Bukannya menjawab, Ara malah menunduk.

"Ara!" Seorang anak lelaki menghampiri Ara dan berdiri di sebelahnya. "Ara, kamu kenal dia?" tanya si anak lelaki sambil menunjuk Arsen.

Anak perempuan yang tadi memanggil Ara langsung menyenggol lengannya.

"Jason, itu ayahnya Ara."

"Oh, ayahnya Ara," ujar Jason polos. Dia memang tidak tahu sosok Arsen sebelumnya. Jason baru pindah beberapa waktu lalu dan Arsen memang jarang bersosialisasi dengan sekitar. Jadilah mereka tidak saling kenal.

"Ara, aku mau main perosotan lagi. Ayo Chacha," pamit Jason.

Ara hanya mengangguk pada anak laki-laki itu.

"Aranya kok nggak diajak main perosotan?"

Jason yang telah menaiki tangga menoleh.

"Ara kan nggak bisa naik tangga, Om," ucap Jason sebelum kembali menaiki tangga.

Arsen menoleh ke Ara. Sadar diperhatikan, Ara terlihat berusaha menghindari tatapan Arsen.

"Nggak bisa kenapa?"

Arsen kini telah berjongkok di depan Ara.

"Ara," panggil Arsen. Dia memegang kedua bahu Ara agar fokus padanya.

"Susah," cicit Ara.

"Susah?"

Arsen menghela nafas. Dia lalu menarik Ara mendekat ke tangga perosotan.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang