3. Anting (f)

68.3K 5K 43
                                    

"Yang mana, Nye?" Tata bergerak heboh hingga menyenggol pundak Anye.

"Sssttt!"

Mata Anye mendelik pada temannya itu. Mereka sedang bersembunyi di balik dinding antara kantin kantor dan koridor. Jangan sampai orang yang sedang mereka intai menoleh dan tahu.

"Itu yang pakai dasi garis-garis."

"Pak Arsen?" tanya Tata dengan suara berbisik.

Anye mengangguk senang. Dari ekspresinya, sangat jelas jika Anye menyukai pria itu.

"Idih." Tata mendudukkan diri lagi dengan benar.

"Kok idih?"

"Mendingan Pak Dafi, kali. Dia humble, baik, terus perhatian sama karyawan. Kalau Pak Arsen sih galak terus suka bikin suasana jadi nggak enak."

"Emangnya lo pernah ngobrol sama dia?"

"Ya belum, sih, cuma dari yang gue dengar kayak gitu."

Anye menatap Tata sedikit sebal. Bisa-bisanya dia menjelek-jelekkan Pak Arsen hanya dari omongan orang.

"Pak Dafi kayak gitu bukannya berarti genit, ya? Nggak mau, ah, pasti playboy. Mendingan juga sama Pak Arsen."

"Lo nggak tahu kabar burung kalau Pak Arsen itu suka main cewek? Gue sih ogah! Kalau disuruh milih antara Apk Dafi sama Pak Arsen, jelas Pak Dafi, dong!"

Anye hanya menggeleng pelan. Dia dan Tata sepertinya terlalu jauh menghayal. Disuruh memilih antara Pak Arsen dan Pak Dafi? Hei! Mereka berdua juga tidak mau kali dengan Tata atau Anye.

Arsen adalah salah satu general manager dan Dafi adalah kepala HRD. Kabarnya, perusahaan perdagangan ini dirintis oleh kakek Arsen, sedang keluarga Dafi menjadi salah satu investor terbesar. Mereka yang memiliki profile setinggi itu mana mau dengan Tata atau Anye yang masih pegawai kontrak.

Meski di perusahaan besar, pekerjaan Anye tidak bisa dibilang keren. Tugasnya tak beda jauh dari office girl. Jika tugas office girl membuat kopi, mengepel, atau membelikan makan, tugas Anye adalah memindahkan dokumen, mengantar map, atau mengetik. Semuanya tergantung pada karyawan senior.

Seperti siang ini. Dia diminta salah satu senior memfotokopi beberapa berkas, memberi materai, lalu menyerahkannya ke DGM. Anye sedikit sebal aslinya. Dia tidak boleh menggunakan lift khusus petinggi perusahaan meskipun lift biasa sedang rusak. Tapi tak apalah, siapa tahu Anye bisa melihat Pak Arsen idolanya itu.

"Terima kasih, Mbak," ujar asisten DGM setelah menerima berkas dari Anye.

Anye tak segera kembali. Dia sedang mencuri pandang ke pintu ruangan Arsen yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kenapa, Mbak?" tanya sang asisten.

"Nggak, itu..."

Ucapan Anye terhenti karena seorang office girl masuk membawa nampan berisi beberapa cangkir minuman.

"Ini, Bu." Office girl paruh baya itu meletakkan cangkir ke meja asisten GDM, lalu pamit keluar.

"Ya udah kalau gitu saya keluar dulu," pamit Anye. Pupus sudah harapannya untuk bisa melihat Arsen.

Begitu keluar ruangan, Anye dan ibu-ibu office girl disambut dengan lantai yang telah kotor dengan air kopi. Seorang karyawan pria di sana tampak senang melihat keberadaan office girl.

"Bu, sini! Tolong saya bersihin ini!" panggil laki-laki tadi.

"Duh," Sang office girl yang dari name tag-nya bernama Riyeminah itu tampak bingung.

Fam-ilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang