Di dalam kastil, suasana Natal sudah terasa. Seperti biasa, Profesor Flitwick telah mendekorasi ulang ruang kelasnya dengan lampu kerlap-kerlip yang ternyata adalah peri-peri cantik yang beterbangan di langit-langit ruangan. Sementara itu, di bagian lain kastil, dekorasi natal yang luar biasa indahnya sudah terpasang. Cahaya misterius bersinar dari dalam baju zirah, dan Aula besar dipenuhi dua belas pohon natal, berkelap-kelip dengan bintang-bintang emas. Murid-murid terlihat senang saat merencanakan libur natal mereka. Di sisi lain, Ron dan Hermione memutuskan untuk tetap tinggal di Hogwarts. Meskipun Ron mengatakan alasannya kepada Harry karena ia tak tahan melewatkan dua minggu bersama Percy, kakaknya, dan Hermione bersikeras perlu menggunakan perpustakaan.
Namun sebenarnya mereka tinggal untuk menemani Harry di sini dan lelaki itu bisa menebaknya sendiri. Lain hal-nya denganku, tentu saja aku harus pulang setiap natal jika tidak mau ditendang keluar dari manor. Meski terkadang aku merasa iri saat mendengar rencana natal mereka selama di Hogwarts, karena terdengar menyenangkan sekali. Harry, Hermione dan Ron memutuskan untuk pergi ke Hogsmeade, menunjukkan tempat itu kepada Harry lalu mereka berakhir di Three Broomsticks, merasakan kehangatan Butterbeer di tengah cuaca dingin sambil duduk santai di salah satu meja yang berada di antara jendela dan pohon natal indah yang berdiri tegak di sebelah perapian. Tapi tak apa, karena semuanya terbayarkan dengan satu malam hangat bersama keluargaku.
Pagi ini adalah hari keberangkatanku untuk kembali ke rumah, namun bukannya segera pergi ke stasiun, justru sebaliknya, aku masih duduk terdiam di atas ranjang sambil menatap kotak beludru persegi panjang berwarna hitam, dimana terdapat pena bulu merak putih di dalamnya, pasangan dari pena bulu milikku yang bahkan belum pernah kugunakan karena takut kotor. Aku masih ragu harus memberikannya atau tidak, jujur saja aku sedikit malu untuk menemuinya, mengingat hubungan kami tidak sedekat itu. Tetapi begitu teringat akan cokelat mahal pemberiannya waktu itu, keputusanku semakin kuat untuk tetap memberikan ini kepadanya.
Setelah menghela napas dalam, aku beranjak turun, mengambil selembar perkamen dan menulis :
Draco,
Semoga kau menyukai hadiah natal dariku. Tidak terlalu istimewa, hanya sebuah pena bulu.
Aku melihat ini di toko Scrivenshaft’s Quill dan langsung mengingatkanku padamu.
Semoga natalmu menyenangkan.Salam hangat
Calla AveryBerikutnya aku mengetuk bagian atas kotak itu dengan ujung tongkatku, sehingga menciptakan sulaman benang emas membentuk ukiran nama ‘Draco Malfoy’. Membuka penutupnya sekilas untuk melihat pena bulu merak putih yang terbaring cantik di atas kain sutra berwarna merah gelap. Bertanya-tanya dalam hati, apa dia akan menyukai ini? Atau justru dia akan membuangnya? Tapi apa mungkin dia setega itu membuang benda secantik ini? Tanpa perlu banyak berpikir lagi, aku melipat perkamen tadi dan meletakkannya di atas pena, kemudian membungkus kotak beludru itu dengan kertas pembungkus hadiah berwarna merah lalu mengikatnya dengan tali hingga membentuk untaian pita di bagian atasnya.
"Nascha!" Aku memanggil burung hantuku. Tak lama kemudian, ia terbang masuk ke dalam kamar, bertengger manis di atas ranjang, tepat di sebelah tanganku. "Berikan kepada Draco Malfoy." Burung itu langsung memahami perintahku, cakarnya mencengkram tali pengikat hadiah tadi dan ia pun terbang keluar.
Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan sosok Luna. “Calla, ayo kita turun, semuanya sudah berkumpul di pintu gerbang.” Aku mengangguk lalu beranjak bangun dari posisi duduk, berjalan menghampiri Luna.
“Bagaimana rencana libur natalmu Luna?” Tanyaku, di tengah perjalanan kami menuruni tangga melingkar.
“Mungkin seperti biasa Calla, aku pergi mengunjungi keluarga ibuku lalu bersama ayahku, kami berpetualang mencari keberadaan Snorkack Tanduk-kisut.” Kedua alisku bertaut bingung, lagi dan lagi, ia mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...